Kamu mau tahu, sayang?
Apa yang kadang membuatku sangat rindu?
Aku rindu saat bertengkar denganmu, eh?
Iya, aku rindu hal itu ketika hidup ini terlalu menyenangkan; sama menyenangkannya saat kamu menang resensi camilan SepociKopi, sama menyenangkannya saat Laksmi meng-email kamu, sama menyenangkannya dengan waktu yang kita habiskan diam-diam di sudut-sudut lift di kampus.
Aku kadang sangat rindu saat saat kita bertengkar; saat kamu dan aku bisa saling melupa dan marah-marah, diam seribu bahasa sepertimu atau aku yang acuh luar biasa sambil membanting-banting barang.
Tapi kita ingat hal itu, bukan?
Kemudian kita diam seribu bahasa, mencoba menjaga jarak satu sama lain padahal dalam hati tanganku juga berupaya mencari letak tanganmu, berharap juga tanganmu bisa menemukan hatiku kembali.
Lalu bantal, kasur, seprai, kamar mandi, pintu, semua buktinya duduk tergugu bersama kita. diantara kucuran air shower yang menerpa aku yang terduduk menahan gigil. Dibalik dekapan bantal dan guling dan air mata yang menetes per satu, atau isakan sesak hingga membuat nafas kita berdua hampir habis, dada kita sama sesaknya, berlembar-lembar tisu yang menggunung menjadi gumpalan dalam basah.
Kemudian mata kita bengkak, sembab, wajah kita kusam, kemudian kita mulai mencari tangan yang lain, untuk mengisi ruang kosong di jemari kita, untuk mengisi ruang kosong di hati kita.
Sayang, bukan aku ingin terus-terusan bertengkar denganmu. tapi kadang aku rindu, melihat tulisan kita yang kabur karena terkena tetesan air mata, atau saat aku mengetik tulisan ini dengan perlahan karena mataku berkaca-kaca.
Aku rindu, karena setelah itu, kita saling mengkhawatirkan satu sama lain, saling memeluk, dan dalam dekap yang erat, cinta ini terasa semakin hangat.
Apa yang kadang membuatku sangat rindu?
Aku rindu saat bertengkar denganmu, eh?
Iya, aku rindu hal itu ketika hidup ini terlalu menyenangkan; sama menyenangkannya saat kamu menang resensi camilan SepociKopi, sama menyenangkannya saat Laksmi meng-email kamu, sama menyenangkannya dengan waktu yang kita habiskan diam-diam di sudut-sudut lift di kampus.
Aku kadang sangat rindu saat saat kita bertengkar; saat kamu dan aku bisa saling melupa dan marah-marah, diam seribu bahasa sepertimu atau aku yang acuh luar biasa sambil membanting-banting barang.
Tapi kita ingat hal itu, bukan?
Kemudian kita diam seribu bahasa, mencoba menjaga jarak satu sama lain padahal dalam hati tanganku juga berupaya mencari letak tanganmu, berharap juga tanganmu bisa menemukan hatiku kembali.
Lalu bantal, kasur, seprai, kamar mandi, pintu, semua buktinya duduk tergugu bersama kita. diantara kucuran air shower yang menerpa aku yang terduduk menahan gigil. Dibalik dekapan bantal dan guling dan air mata yang menetes per satu, atau isakan sesak hingga membuat nafas kita berdua hampir habis, dada kita sama sesaknya, berlembar-lembar tisu yang menggunung menjadi gumpalan dalam basah.
Kemudian mata kita bengkak, sembab, wajah kita kusam, kemudian kita mulai mencari tangan yang lain, untuk mengisi ruang kosong di jemari kita, untuk mengisi ruang kosong di hati kita.
Sayang, bukan aku ingin terus-terusan bertengkar denganmu. tapi kadang aku rindu, melihat tulisan kita yang kabur karena terkena tetesan air mata, atau saat aku mengetik tulisan ini dengan perlahan karena mataku berkaca-kaca.
Aku rindu, karena setelah itu, kita saling mengkhawatirkan satu sama lain, saling memeluk, dan dalam dekap yang erat, cinta ini terasa semakin hangat.
0 loves:
Posting Komentar