The Sky is High

It's just a box of pieces of a puzzle about a small circle of friends. It's about the lives, the loves, and the hopes. One by one, part by part. Hung up in the sky along with prayers. Until each of them can fly higher by itself. The Sky the Rain the Rainbow the Sun the Moon. All are talking in their own way. Carving their small footsteps in the history of time. And now each of them can really fly higher by itself, and leave this house one by one...


Keberadaan pekerja anak merupakan suatu fenomena yang seharusnya dihapuskan. Itulah wacana yang sering diangkat di berbagai kompetisi debat hingga beberapa tahun yang lalu. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat memang menganggap bahwa anak seharusnya memperoleh cukup kasih sayang dan waktu untuk bermain sehingga tidak sepatutnya kondisi ekonomi keluarga ditopang oleh sang anak. Meskipun demikian, di negara-negara berkembang dan yang sedang mengalami perang, bekerja bukan hanya menjadi pilihan, melainkan juga jalan hidup bagi banyak anak-anak. Keadaan ini adalah salah satu hal yang digambarkan oleh film Turtle Can Fly yang disutradarai oleh Bahman Ghobadi.

Turtle Can Fly merupakan film bersama Iran-Irak yang menceritakan tentang Satellite alisa Soran, seorang anak yang bekerja memasang antena dari desa ke desa di Kurdi, perbatasan Irak-Turki. Selain itu, Satellite juga merupakan pemimpin bagi anak-anak desa maupun pengungsi, terutama yang telah kehilangan orangtua akibat perang. Di antara anak-anak tersebut, yang paling setia adalah Shirkooh yang sering menangis dan Pashow yang salah satu kakinya cacat.

Setiap hari, Satellite mencarikan dan menentukan di mana anak-anak desa dapat bekerja. Pekerjaan yang sering mereka lakukan untuk memeroleh uang adalah membersihkan ranjau Amerika kemudian menjualnya, dan menjadi kuli di shell field, tempat pengumpulan selongsong peluru dan bom. Tidak ada yang merasa dipaksa, mereka melakukannya dengan kesadaran penuh demi mendapatkan uang.

Suatu hari, seorang gadis bernama Agrin datang meminta tali pada Satellite. Gadis pengungsi itu selalu menggendong seorang balita bernama Riga. Selain itu, Agrin juga memiliki kakak laki-laki bernama Hengov. Kedua tangan Hengov buntung, tetapi dia mampu memprediksi masa depan.

Sebenarnya banyak hal menarik yang dapat diceritakan dari film ini. Namun, akan lebih menarik jika semua itu ditonton sendiri. Film yang pernah ditayangkan di salah satu stasiun swasta dan tidak sengaja saya temukan di sebuah stand penjualan dvd ini telah memenangkan sejumlah penghargaan, seperti Concha del Oro dari San Sebastian Film Festival dan Silver Hugo dari Chicago Film Festival. Oh, ya, film ini menggunakan bahasa Kurdi. Selain itu, cukup depressing dan agak berat untuk dicerna. Meskipun demikian, setelah menonton sampai habis, pasti dapat membuat penonton menghela nafas.

Selamat menonton!


July 12th 2009
2.37 P.M.

2 loves:

Sky,
Baru mampir neh..
Gud informasi dan renungan..
salam,
Ken

Terima kasih telah mampir.
Senang sekali rasanya bisa menerima comment dari Anda...^_^

In the living room