The Sky is High

It's just a box of pieces of a puzzle about a small circle of friends. It's about the lives, the loves, and the hopes. One by one, part by part. Hung up in the sky along with prayers. Until each of them can fly higher by itself. The Sky the Rain the Rainbow the Sun the Moon. All are talking in their own way. Carving their small footsteps in the history of time. And now each of them can really fly higher by itself, and leave this house one by one...


”Tadi Mama marah-marah, katanya kamu dilarang datang ke sini. Aku juga tidak boleh lagi nginap di sana.”

Sejak awal kita sudah tahu ini akan terjadi, kan, Sayang? Sejak dulu kita sudah pernah setengah bercanda bahwa akan ada masa di mana aku akan dilarang datang ke rumahmu. Itulah mengapa jantungku tidak berpacu lebih cepat ketika kamu meneleponku pagi ini. Tidak seperti kamu meneleponku beberapa malam yang lalu untuk mengatakan bahwa keluarga kamu sudah curiga.


”Memang dia siapanya kamu?”


Memang benar, Sayang, aku bukan siapa-siapa, dalam artian bahwa adalah wajar jika orang-orang bertanya dan bergunjing mengapa kita selalu bersama. We started it out as a friend, remember? And friends visit and stay at each other place once in a while. Bukan nyaris setiap minggu, bahkan hari, selama hampir sepuluh bulan mereka saling mengenal. Bahkan sahabat terdekatmu pun tidak seperti itu, right? Jadi, aku mengerti jika pembicaraan beredar di mana-mana.


Seharusnya kita memang tidak membawa semua ini ke lingkungan keluarga kamu. Akan lebih baik jika kata dan bisik hanya mengalir di balik punggung kita di kampus. Namun, setelah kunjungan pertama, kedua, dan selanjutnya, aku merasa diterima dalam keluargamu. Tentu bukan sebagai kekasih anak mereka, apalagi calon menantu. Namun, lebih kepada sebagai anak yang orang tuanya jauh, hampir sama dengan berbaik hati dengan anak yatim piatu.


Mungkin awalnya keluarga kamu memang dapat menerima aku seperti itu. Akan tetapi, seiring waktu berlalu, orang-orang mulai saling melempar lirikan dan ucapan. Aku pun sepenuhnya mengerti, bahwa sekeras apapun orangtuamu, mereka bukan bola besi baja yang bisa tetap bergeming meski badai menerpa.


Tidak ada yang salah dengan keputusan mereka. Aku pun tidak marah atau sakit hati sama sekali. Sedih, memang iya. Namun, tidak ada kecewa. Mari kita bayangkan, jika kita yang berada di posisi mereka: memiliki anak yang digunjingkan oleh orang-orang karena terlalu dekat dengan sahabatnya. Apa yang mereka lakukan adalah hal yang tepat, untuk menghindarkan kamu dan juga keluargamu dari penghakiman orang-orang.


Sayang, ingatkan lagu kesukaanmu? Nothing last forever, dan itu terbukti hari ini. Kita mungkin memang tidak bisa lagi menghabiskan malam dengan berbaring menatap langit-langit yang sama. Namun, kita masih beruntung karena masih ada pagi, siang, sore, bahkan awal malam yang mungkin menanti kebersamaan kita seperti biasa.


Kita masih beruntung karena kamu belum menjadi Siti Nurbaya yang harus menikah dengan Datuk Maringgi sehingga tak dapat lagi bertemu kekasihnya. Kita hanya perlu berganti peran sayang. Tidak ada lagi Romeo-Juliet yang saling mengunjungi sejak malam hingga pagi. Sekarang kamu adalah Cinderella, yang harus pergi ketika peluit kereta berbunyi beberapa kali.


Banyak orang yang bahkan tidak dapat bertemu sama sekali ketika mereka merindu. Ada yang bertemu, namun harus menahan hasrat, bahkan hanya untuk saling genggam di depan umum. Kita masih beruntung, Sayang, masih bisa bertemu ketika kamu ingin dan dapat melangkahkan kakimu ke atas kereta, menuju rumah kita. Jika orang lain dapat bertahan, hingga dua hingga lima tahun, meskipun mereka jarang bertemu dan tidak dapat berbaring menatap langit-langit yang sama, mengapa kita tidak?


Saranku, untuk sementara, biarlah. Jangan bantah atau berkata apa-apa. Biar mereka berpikir bahwa kamu baik-baik saja, dan antara kita memang tidak ada apa-apa. Jika kamu melawan, mereka akan semakin bertanya, dan aku takut jika suatu hari kita benar-benar tidak dapat bertemu lagi. Namun, jika kamu biarkan, semuanya akan baik-baik saja. Jangan ada tangis. Jangan ada amarah. Simpan untuk kita berdua saja. Lalu, kita masih dapat menjalankan rencana awal, di mana Bulan, Pelangi, bahkan Matahari akan berkunjung menggantikanku. Akan kutitipkan rinduku pada mereka untukmu.


”My house is out there, but my home is right here, with you.”


Aku masih memercayai kata-katamu saat itu.


July 29th 2009

9.21 A.M.

Tuhan, lindungilah rumah kami…

6 loves:

I really wish I could be there with you, Sky.

::BIG hugs::

Pasti kusampaikan rindumu padanya, Sky...
:)

Thx, my dear friends.
Hope that everything will be okay...
Please visit her house without me once in a while.
I'll really appreciate it.

sabar ya sky..
smga keadaan ini tdk bertambah sulit..

sky. . . . jangan hanya memandang dari kejauhan dan menahan segala hinaan, serta makiannya... sudah waktunya sky perlihatkan sakit itu..... cayyoo!!!!!!!

terimakasih atas comment nya ya? aku suka tulisan kalian, mengalir begitu indah dalam rangkaian kata-kata sederhana, , , tulisan kalian akan menjadi motivasi buat aku untuk terus belajar menulis. . . . aku udah add blog kalian jadi aku bisa baca tulisan kalian, maaf gak bilang dulu sebelumnya ^o^. . . .

In the living room