The Sky is High

It's just a box of pieces of a puzzle about a small circle of friends. It's about the lives, the loves, and the hopes. One by one, part by part. Hung up in the sky along with prayers. Until each of them can fly higher by itself. The Sky the Rain the Rainbow the Sun the Moon. All are talking in their own way. Carving their small footsteps in the history of time. And now each of them can really fly higher by itself, and leave this house one by one...


Perkenalkan, namaku Dimii. Aku mendapat julukan si Matahari dari keempat temanku, Langit, Hujan, Bulan, dan Pelangi. Berbeda dengan mereka yang memilih sendiri julukan langit, hujan, bulan dan pelangi, sedangkan aku, tiba-tiba saja mendapat julukan ini dari mereka. Tanpa meminta pendapatku terlebih dahulu, mereka setuju aku lah si Matahari.

Pertama kali mendengar hal itu, aku merasa sangat tersanjung. Tapi, aku merasa julukan Matahari terlalu hebat untukku.


Awalnya aku bingung, apa yang mereka samakan dari diriku dengan Matahari, ya? Aku rasa aku tidak hebat dan patut dipuji layaknya sebuah Matahari yang selalu memancarkan energi bagi semua makhluk hidup di Bumi. Namun, dibalik keagungannya, Matahari tetap mempunyai sifat egois. Bintang yang terbesar dan paling bersinar itu, kerap dianggap angkuh dan sombong karena seakan tidak mau berteman dengan benda langit lainnya. Bintang itu terlalu tinggi letaknya, jauh di atas langit yang berlapis-lapis, sehingga ia akan selalu berjarak dengan apapun dan siapapun. Sinar panasnya pun, seperti border pelindung yang otomatis bisa membuat benda apa saja terbakar hancur apabila mendekatinya dan bisa membuat manusia buta jika terlalu lama melihatnya. Matahari menutup diri. Ia tidak ingin ada yang bisa mendekatinya.


Begitulah diriku. Dulu, aku ibarat Matahari yang tidak bisa mengontrol sinar panas yang aku pancarkan. Tidak peduli dengan mereka yang telah terluka karena berusaha ingin lebih dekat denganku. Namun, sekeras apapun sifat matahari, ternyata ia tetap mempesona di mata keempat benda langit lainnya. Sayangnya, aku baru menyadari hal itu. Dan sekarang, sinar yang Matahari pancarkan bukan lagi sinar panas yang melukai, melainkan sinar persahabatan bagi Langit, Hujan, Bulan, dan Pelangi.


Walaupun aku si Matahari, aku ini nggak ada apa-apanya dibandingkan keempat temanku. Walaupun aku terkesan (sok) galak dan (sok) tegas, tapi tetap saja aku lah yang paling sering dikerjain oleh mereka. Yeah, aku dianggap yang paling kecil, karena kelakuanku yang mereka anggap agak lebai.


Julukan Matahari memang sudah terlanjur melekat padaku. Walaupun begitu, aku sudah menemukan Matahari apa yang pas dengan ku. Aku rasa, Matahari bermuka bayi yang ada dalam serial Teletubbies cocok untuk menggambarkan diriku. Aku ini Matahari yang sangat menggemaskan saat tertawa (apalagi saat tingkah lakunya yang malu-maluin kumat lagi). Matahari yang imut seperti bayi tembem. Matahari yang lucu, karena masih bisa membuat kalian tertawa disaat kalian hampir membuat matahari menangis (awas ya kalian!). Wah, ternyata aku benar-benar menggemaskan seperti bayi matahari Teletubies itu (Narsis mode: ON).


Bagaimana menurut kalian, my sista and my bro, Bayi Matahari yang ada di serial Teletubbies pas denganku kan?


Yeah..Aku adalah Dimii, the Baby Sun!

3 loves:

@ dimii: dimii menyebut dirinya "aku"??hehehe...iya deh..mirip...mirip...(menghibur)hehehe...yang pasti bulan sayang the baby sun...bulan kan suka baby (ada ataupun tidak ada embel-embel "sun")...

Walah, walah...posting introductionnya oche, Sis.
Tapi bawah-bawahnya tetap saja narsis mode on... :-p
Semangat, ya, Matahari.
Jangan bosen2 di- bully, ya. Hahaha...

gilaaa!!!
dibalik begitu mudahnya Dimii di-bully,
ternyata narsisnya nampol bgt.
hahahaha.

In the living room