The Sky is High

It's just a box of pieces of a puzzle about a small circle of friends. It's about the lives, the loves, and the hopes. One by one, part by part. Hung up in the sky along with prayers. Until each of them can fly higher by itself. The Sky the Rain the Rainbow the Sun the Moon. All are talking in their own way. Carving their small footsteps in the history of time. And now each of them can really fly higher by itself, and leave this house one by one...


Waktu tidak pernah meninggalkan kita; kitalah yang meninggalkan waktu.

Aku tidak ingat kapan dan di mana aku pernah membaca kata-kata itu. Namun, aku pikir kalimat itu benar. Hari ini aku sadari, jarak telah terbentang cukup jauh sejak pertama kali aku mengetik dan mem-publish posting pertama di blog ini. Satu bulan lamanya. Sekitar tiga puluh hari yang lalu, aku memutuskan untuk membuat tempat ini. A sanctuary. For me. For us...


Sejak awal, ini adalah sebuah hideout. Sebuah tempat persembunyian. Sebuah media katarsis. Sebuah space, di mana kami tidak perlu lagi mengenakan topeng kepura-puraan demi menjaga perasaan atau kepentingan orang lain. Sebuah rumah, di mana kami dapat beristirahat di dalamnya dengan aman; berlindung dari tudingan orang-orang akan moral, etika, agama, tradisi, atau apapun itu yang dianggap ”baik” dan ”seharusnya”. Setidaknya itulah yang aku harapkan ketika pertama kali memasukkan email dan membuat password.


Satu bulan. Namun, ternyata, rumah ini pun tidak pernah aman. Tadinya aku, pikir, semua yang datang adalah kawan; adalah orang-orang tanpa judgment, tanpa asumsi, tanpa intensi untuk mencari. Maka, aku buka jendela rumah ini lebar-lebar, membiarkan siapapun melirik, memandang, menonton segala yang terjadi di dalamnya. Akan tetapi, di antara orang-orang yang mengintip dari balik jendela, ternyata ada pula yang mencoba menebak, bahkan mencari dan berusaha mengonfirmasi. Padahal, untuk apa rumah ini kami bangun jika kami tak bisa berlindung di baliknya? Jika rumah ini sama tidak amannya dengan dunia luar bagi kami untuk melepaskan segala kebohongan, buat apa tempat ini ada? Lebih baik kami langsung saja menuliskan nama asli, bahkan memasang foto mungkin, biar seluruh dunia tahu, ini kami dan semua yang sebenarnya ingin kami simpan sendiri.


Kecemasan mengancam. Identitas simbolik ternyata tidak terlalu membantu kami dalam membangun ruang-ruang privasi. Maka hari ini, tiga puluh hari sejak pondasi pertama tempat ini diletakkan, aku mencoba merangkul setiap sahabat. Hari ini, Hujan, Pelangi, Bulan, dan Matahari bersama melintasi Langit. Kami mencoba menyatukan pemahaman, menyamakan tujuan, bahwa tempat ini adalah sebuah sanctuary yang perlu dilindungi. Dari apa? Dari mata dan telinga. Dari tangan-tangan jail yang dengan iseng berusaha menelanjangi simbolisasi kebebasan kami.


Jangan takut sahabat! Langit masih biru dan masih membentang seluas pandangmu. Semuanya akan baik-baik saja selama kita bersama dalam lingkaran yang satu. Lingkar bianglala, dengan warna-warni menyala. Lingkar sahabat, dengan tangan saling genggam. Lingkar kepercayaan, di mana kita memercayakan serpihan kecil hati kita pada satu sama lain.


Aku menyayangi kalian, Sahabat, maka kupercayakan seserpih hatiku pada kalian.


Semoga setiap yang membaca mengerti, dan berhenti. Tidak lagi mencoba melihat kita dari siapa diri kita, tetapi dari kejujuran yang kita lahirkan melalui barisan kata.


July 27th 2009

9.24 P.M

In the living room