The Sky is High

It's just a box of pieces of a puzzle about a small circle of friends. It's about the lives, the loves, and the hopes. One by one, part by part. Hung up in the sky along with prayers. Until each of them can fly higher by itself. The Sky the Rain the Rainbow the Sun the Moon. All are talking in their own way. Carving their small footsteps in the history of time. And now each of them can really fly higher by itself, and leave this house one by one...

aku tidak menulis kecewa, walau kau tetap saja curiga. katamu kau sudah dapat membaca polanya, bahkan mengendus akhir ceritanya.


aku tidak menulis kecewa.


aku membakarnya!

dan keretaku, laju...laju lagi dengan asap kepulnya yang menyesakkan dada

dan kemudian kubisikkan kepada orang-orang yang mengangkat tubuhku, beriringan dalam suatu lantun, sementara mereka yang menyempatkan diri untuk bertanya, ternganga:

"Siapa yang mati?"

Tidak ada. Hanya sebuah mimpi yang katanya harus dikubur hidup-hidup

karena (sesungguhnya) hanya langkah(mu)lah, yang akan tetap berjalan, mencari, dan bertahan, untuk segurat senyum kecil di ujung bibirku....


aku tidak berpulang pada nama. aku berpulang pada peluk paling hangat, genggam paling erat, dan sedikit kata untuk diucapkan


k

aku menemukan jeda di dalam bahasa. aku mengendap melewati dinding-dinding halamannya satu per satu, memegangi kepalaku yang berlomba denyut dengan hatiku.

dia sempurna. tiap kata yang mengalir di tangannya menjelma tanya yang akan merupa mimpi malammu, manis senyumnya akan jelma tawa di setiap tanda jutaan yang diukir.


dan aku,



menuliskan cemburu di lembar-lembar jendela 


tik.tok.tik.tok.


your time is ticking out it's way.


Pada remah-remah jelaga yang tersisa di matamu, aku terjaga. Pekat, seperti bayang-bayang pada tiap mimpi burukku.

Selepas kau membaca garis tanganku – katamu begitu, senja menapaki jalannya sendiri menuju jendelamu. Dia mengecup merahmu, menadah kaki-kaki kecilmu yang kadang-kadang terluka ketika kamu memanjat tangga-tangga malam.

Kamu lucu, kadang-kadang kamu kesal saat tergelincir dari tangga-tangga mimpi, karena itulah aku jarang membangunkanmu.

Kamu cantik, aku bisa memastikannya, karena rekah saja singgah di kecup merahmu. Dan bola mata hitammu, nyala ketika kerlip warna bintang-bintang palsu – dengan doa-doa malammu yang khusyuk, menyentuh retinamu.

Kamu nakal, tangan-tangan kecilmu seringkali menyentuh pipiku yang kembali merindu. Jari-jari kecil yang menari-nari diantara percik air, menyalakan sedikit lagi kehidupan, di dalam hitungan kala yang berbeda.

Kamu berbisik – sayangnya bukan padaku, pada tiap pasir pantai yang kita kumpulkan dalam botol-botol kaca. Pada kerikil yang kau susun satu-satu. Pada air yang seringkali membuatku tergelincir. Pada suatu tawa yang mampir mengetuk pintu kita tiap senja. Pada hangat, yang selalu memelukmu manja tiap jedanya.


Pada rinduku, yang akhir-akhir ini mencari jalannya sendiri untuk pulang ke singgahmu.

Setahuku, lingkaran tidak pernah putus. Ia melingkar lembut menjadi satu kesatuan. Berputar, melingkar.

Sayangnya, aku melupakan satu. Aku melupakan bahwa lingkaran adalah lingkaran ketika ia melingkar, bukan ketika ia bersinggungan. Seringkali aku memaksakan ujung satu bertemu dengan ujung yang lain. Maka ia tidak akan menjadi lingkaran yang sempurna.

Masih aku ingat ketika ia menjadi lingkaran sempurna ketika kami bergantian menjadi porosnya. Atau bagaimana lingkaran terkadang berubah menjadi angka 8. Titik tumpu pada satu orang yang manis, baby sun.

Tapi semua orang ingat bahwa hidup ini seperti lingkaran, bergulir, dan seperti bianglala, berputar.

Tiga setengah tahun dibesarkan dalam satu taman bermain yang luar biasa besar. Sebuah rumah, kampus, dan sebuah hati. Meskipun tidak nampak lagi sulur tipis yang mengikat, aku yakin masih ada disana, memori - sesuatu yang lebih hebat menggerogoti hati dan pikiranmu.

Sujud syukur pada Tuhan, ketika aku masih diberikan kesempatan, menatap wajah-wajah yang sama, mengamati kerut dan lemak-lemak yang juga bertambah disana sini, serta meminjam sedikit senyum untuk aku bagi.

Sekarang waktunya aku melambai kepada sarjana luar biasa yang selalu menjaga hati kami, memeluk kami paling erat, Uomo Arcobaleno, si lelaki pelangi kami yang paling kami cintai sepenuh hati. Selamat berlayar, labuhkan kapalmu di tambang berlian paling kilau di dunia.

karena aku pun masih menunggu...
menunggu kami terpaksa bersinggungan bertemu,
setengah tahun lagi,
untuk toga dan bendera biru muda.


mungkin untuk sejuta kisah cinta lainnya pula.


Kadangkala,
aku masih terbangun tiba-tiba tengah malam buta.
Mencari sulur detik yang mengantarku pada hitungan rintik,
ketika pertama hujan memayungi hati pada suatu hari

Kadangkala,
aku masih meraba jari-jari manisku,
tempat berdiam janji meski tiada lagi lingkaran mengikat,
menoleh, seberapa cepatnya pusaran waktu diam-diam menggigitiku

Kadangkala,
aku masih meraba garis tanganku, melihat sejenak dan menengadah berterimakasih,
atas doa-doa akan waktu yang masih sering dipanjatkan,
dan didengarkan


Terimakasih, untuk putaran duapuluh yang mengikuti,
meski terkadang agak terseok, dan menyisakan luka seperti adanya

Happy  20th montliversary

In the living room