The Sky is High

It's just a box of pieces of a puzzle about a small circle of friends. It's about the lives, the loves, and the hopes. One by one, part by part. Hung up in the sky along with prayers. Until each of them can fly higher by itself. The Sky the Rain the Rainbow the Sun the Moon. All are talking in their own way. Carving their small footsteps in the history of time. And now each of them can really fly higher by itself, and leave this house one by one...

Canalis Semicircularis

Canalis semicircularis, ya, 3 saluran setengah lingkaran (bahasa SD-nya). Tidak, tepatnya ada 6 saluran setengah lingkaran, karena mereka berada di dalam telinga kita, kanan dan kiri. 6 saluran yang menjaga keseimbangan tubuh kita, terutama saat melakukan gerakan rotasi. Saluran kecil yang dilapisi tulang tipis, sangat rentan namun sigap. Kristal cantik di dalamnya selalu sigap dalam menghadapi berbagai macam goncangan, tekanan, badai, dan segala bentuk putaran roda kehidupan.


Setengah lingkaran. Ya. Setengah. Bukanlah sebuah lingakaran yang sempurna. Ujungnya tidak pernah bersatu, saling berjauhan, berbeda 180 derajat. Memang tidak untuk dipersatukan, melainkan untuk dirangkai. Rangkai saluran saluran setengah lingkaran. Ohh..sungguh rangkaian yang manis..

Mengapa tak kau jadikan sebuah lingkaran penuh saja?!!

TIDAK! TAK AKAN PERNAH!

Sebuah lingkaran penuh hanya terdiri dari 2 buah setengah lingkaran. Akan tetapi kumpulan setengah lingkaran dapat menciptakan rangkaian bunga. Tak akan pernah sempurna, namun saling berpegangan, merekat satu sama lain, jalani roda kehidupan bersama. Hingga pada saatnya cukup kokoh untuk merekah, membentuk cincin manis yang membungkus bunga cinta kita. Kristalnya pancarkan kilau manis, semanis coklat susu kesukaanmu.


6 bulan, Sayang..

184 hari…

4.416 jam…

264.960 menit…

15.897.600 detik…

Belum, belum berakhir. Tak ingin kututup dengan sebuah titik.

Rasa ini, rasa yang masih sama seperti pertama kali kita jumpa. Rasa yang masih sama saat pertama kukecup bibirmu di bawah indahnya langit Matraman Bridge. Rasa yang telah, masih, dan akan terus menemanimu. Temani setiap titik-titik hujan yang kau jatuhkan dalam hari-hariku …

Tak akan goyah. Badai belum cukup dasyat untuk melemahkan otot-otot sayapku. Belum cukup dasyat memutar-mutar kehidupanku. Tak cukup dasyat untuk menjatuhkan kristal-kristal keseimbangan di Canalis semicircularis-ku.

Sampai saat ini telingaku masih cukup sigap. Sigap mendengarkan keluh kesahmu, hari-harimu, desah manismu, dan segala tentang dirimu. Sigap membantumu untuk tetap berdiri dalam berbagai goncangan.

Ya. Aku yang..

TELAH,

MASIH,

dan AKAN terus ada untukmu.


I . A M . Y O U R . G U A R D I A N . A N G E L



Happy Sixth Monthliversary!!!



With love,
De Angelo







p.s : Ini adalah surat pertama yang De Angelo tulis untukku. Ah, aku senang sekali membacanya. Manis. Senang sekali mendengar suara malu-malunya di ujung telepon, senang sekali mengetahui tulisan ini dibuat dengan penuh cinta dan perjuangan perang gerilya.

Senang sekali bisa mempublish-nya di Lingkarbianglala!


Terima kasih, aku berhasil menyakiti diriku sendiri dengan berada di dekat mereka dan berusaha menahan tangis mendengarkan percakapan-percakapan yang dari pandangan egois seperti aku, harusnya percakapan itu menjadi milikku. Ya, hak milik aku dulu.

Aku benar-benar masih ingin menyakiti, memberontak, menangis, meracau, berteriak-teriak. Karena selama ini belum pernah semuanya terpapar ke permukaan dengan begitu jelas. Dan untuk aku yang sangat tidak terbiasa memendam semuanya di dalam hati dan tercekat di tenggorokan, hal ini terasa sangat menyakitkan, dan sulit.

Bukan, mungkin memang bukan cinta lagi yang bersarang disana. Segala emosi negatif belum keluar, belum tersalurkan, masih terpendam dengan segala tingkah lakunya yang menunjukkan perilaku yang hanya berubah dari overt jadi covert, hanya itu.

Namun semua rasa yang ada masih menunjukkan ekor apinya seperti hujan meteor tadi malam.

Ya, hujan meteor yang tak dapat kulihat meski sudah terbangun tengah malam dan memanjat genteng. Yang kulihat bahkan bukan langit mendung, hanyalah langit merah, Red Sky.


Aku benar-benar ingin menghapus semua rasa sakit ini dan tidak merasakan apa-apa. Lelah dengan perasaan yang sama yang berlangsung lebih dari satu tahun. Lelah dengan aku-gw-kamu-lo yang kadang-kadang masih suka terselip disana sini. Muak dengan diri sendiri. Tidak bisakah aku, tidak bolehkah aku?

Karena itu, aku benar-benar butuh pantai. Butuh berlari, berteriak, menangis, hanyut, tenggelam, sampai semuanya tersapu ombak dan pecah...


Tangisku ingin pecah. Tangisan marah. Sakit hati yang tidak pernah sembuh di bagian yang
itu-itu melulu. Seperti mawar yang berbunga-bunga mekar sejalan dengan rumput-rumput yang meninggi namun belum sempat kusiangi. Bukan aku masih memikirkan rumput itu melebihi senangnya menatap mawar yang kuncup malu-malu, merah, dan segar. Namun tetap harus berjalan menginjak rumput dan membiarkannya meninggi, karena menyentuhnya pun aku tidak mau lagi.

Benar-benar ingin muntah. Benar-benar ingin semua musnah. Benar-benar ingin diberikan kekuatan, terserah kekuatan apalah itu namanya.

Hanya ingin berjalan lebih mudah tanpa sulur-sulur yang masih mengikat kakiku saat aku hendak berlari ke arah mawar yang sangat cantik itu.


































...Aku...


Selamat datang di kotaku, sayang. Kamu harus tahu betapa aku suntuk menunggumu datang, karena bibirku sudah manyun menunggu detik yang berdetak mengganggu. Aku ingin membawamu serta, sayang.

Menghadiri acara BEM Universitas bersamamu, maka datanglah sayang, datang dan akan aku kenalkan kepada seluruh dunia, bahwa aku bangga menjadi pacarmu.



Lihat kantuk yang masih menggantung saat pertama kali sampai ke kotaku, sayang. Terima kasih, terima kasih. Aku sudah tidak ingat lagi sedih manyun-manyun saat dompetku hilang saat berjalan bersama Dimii. Pokoknya aku senang, aku datang, bersamamu. Yah, meskipun gak jadi makan-makan!

Hey, ingat waktu pertama kali kita memasang seprai putih itu? Rasanya seperti pengantin baru ya? Dan sekali lagi, bisa berada dipelukanmu saat lelap adalah hal yang paling membahagiakan. Menghabiskan malam-malam di kotaku. Menyantap bubur jagung, ikan lele fillet saus padang, menemani aku survey untuk tugas. Bahkan rela mengulur waktu pulang untuk berjalan-jalan di Plaza Semanggi. Dan mengapa aku dan kamu benar-benar tidak bisa menahan tangis setiap kali kita berpisah.

Terima kasih telah mau mengantarkanku pulang sampai di dekat rumah. Terima kasih telah bersusah payah menyetir 150km dan menempuh hujan deras, sayang.

Tunggu aku kembali pulang dan datang ke tempatmu, sayang. Aku sudah rindu, sangat rindu.


Sekali kali aku menuliskan kisahku yang takut kulupa. Aku ingin mengingatnya, sejak aku memutuskan untuk meninggalkan kelas Selasa itu, sehari sebelum ulang tahunmu, setelah dosen yang seharusnya mengajar di kelasku terlambat 30 menit.

Malam itu, kamu tersenyum di balik pintu, menyadari kedatanganku, dan katamu, kedatanganmu adalah hadiah, ya?


Aku cemburu, dan aku takut.
Aku ingin jadi yang pertama yang mengecup bibirmu sebelum usiamu beranjak, aku ingin jadi yang pertama yang mengucapkan kata-kata happy birthday, dan, aku melakukannya!

Malam itu kamarmu diketuk, seluruh keluargamu datang, sementara aku berusaha senetral mungkin keluar perlahan dari kamarmu, meninggalkan kamu tertidur lelap, atau lebih tepatnya, berhasil membuat kamu tertidur lelap dengan timing yang tepat (kamu tahu apa yang aku lakukan, hehehe)

Malam itu aku senang.
Senang sekali.

Ada bersama keluargamu, teman-temanmu, dan kamu.
Esok hari, aku membukakan kancingmu satu persatu setelah kamu pulang dari kampus dengan wajah belepotan kue.

Kamu lucu sekali. Kamu benar-benar lucu.


Oh iya, hari itu kita juga mengikuti seminar, tapi bukan itu yang luar biasa.

Berada di ruang teater di lantai tiga, dengan lampu yang redup, memainkan nada-nada dasar doremifasollasido'
dan lagu anak-anak yang aku bisa. Ya, hanya sedikit, dan itu lagu anak-anak semua, ternyata.

Kamis yang kita habiskan dengan menonton film Babies bersama teman-teman yang menyenangkan! Walaupun ternyata film itu ternyata dokumenter Lalu menyantap lezatnya tutti frutti hazelnut dan chocolate~ dan lelap di pangkuanmu, sekali lagi..

Jumat, menghabiskan waktu yang seru, sedangkan Sabtu... masa-masa aku menangis,
menangis karena terlalu gugup bertemu dengan temanmu, tapi tetap belum mau pulang. Mengenali sisi sisi terpenting dalam hidupmu. Mengenal Bailey, hehehe, yang bau kopi tapi pahit.

dan hari Minggu, persepuluhan, perjamuan kudus, hosti, anggur, berfoto bersama, makan-makan akh... masa-masa menyenangkan bersama keluargamu. Aku sangat menyayangi mereka!

Sampai tiba lagi waktu pergi, dan kereta -ular berekor panjang yang mengepulkan rindu itu- menarikku menjauh dari kotamu...



20 adalah angka pasti memulai stage baru kehidupan menurut om Piaget, kamu kenal kan?

Jika tidak, baca Kaplan, itu kata dokter muda yang gantengnya 11-12 dengan Arifin Ilham. Tapi, tenang sayang, meskipun yah, aku sih, naksir-naksir aja sama dokter muda yang duduk di sebelah kamu, tapi aku tetep lebih naksir sama calon dokter yang duduk di sebelah aku.

Kamu.

Young, adulthood. Sudah tidak ada angka
-teen dibelakang umurmu lagi sayang. Sudah dewasa rupanya, sedangkan di punggungku masih tergurat angka 19 yang masih tidak mau beranjak, lengkap dengan segala sikap manja luar biasa khas remaja. Iya, sayang, aku masih sangat muda, dan sangat cantik tentunya.

Dan, maaf ya, entah kenapa tulisan ini jadi nggak ada romantis-romantisnya.

20 adalah angka cantik, angka dimana seharusnya kamu sudah matang luar dan dalam, sayang.

Tidak, sayang, aku menyebutnya bukan untuk meminta lebih banyak, tapi aku ingin memberi lebih banyak. Seperti yang aku lakukan, memberi banyak waktu. Maaf, ya, kemarin kamu harus dinomor duakan dengan kesibukanku yang menggunung dan melambung.

Ya, jadi kamu pasti tahu apa yang aku pinta.

Aku hanya memintamu menggenggam tanganku lebih lama, dan berlari bersama-sama.
Seperti minggu ini aku melarikan diri dari tumpukan tugas kuliah dan memanfaatkan jatah bolos yang sangat baik diberikan dosen, untuk melihat senyummu menyimpul lebar.

Maka datanglah sayang, jemputlah aku dengan kemeja putih dan jas yang selalu membuat kamu terlihat luar biasa ganteng, karena aku sengaja mencari sebuah dress putih-hitam itu untuk bisa terlihat lebih cantik di hari luar biasamu.

Karena kamu tahu, aku tidak ingin berlari menjauh seperti matahari dan bulan yang saling mengejar tapi tak pernah sampai, kecuali gerhana mempertemukan keduanya dan aku tetap tidak suka. Terlalu terang, atau terlalu gelap.

Aku akan tetap berlari seperti hujan, ya, karena aku hujan, berlari mendekat, berani jatuh, untuk mengecup pipimu, kelopak matamu, dahimu, hidungmu, dan bibirmu yang manis.

Kamu dengar kan, bagaimana suaraku di ujung telepon saat mengatakan "aku pulang..."
Terlalu senang, terlalu bahagia.

De Angelo-ku sayang, aku tidak membawa lilin-lilin merah untuk kamu tiup, aku membawa diriku sendiri, menarik diriku sendiri dari seabrek rutinitas yang ada, dari segala tuntutan yang menggema, untuk pelan-pelan datang, dengan senyum termanis saat membuka pintu rumah kita lagi, menaruk sepatu dibawah gantungan handuk, meletakkan tas di sudut meja, dan jatuh rebah di seprai yang kadang merah kadang hitam itu.

Ah, aku tidak ingin membagi waktuku sedikitpun dengan tanda tanya. Aku sudahi saja. Kamu tau semuanya, kan?

Aku cinta kamu.
Dan tetap suka saat harus mengucapkannya di bibirmu. Sangat suka.

"Kita bangun istana dengan sejuta kecup sederhana"

Happy 20th birthday, sayangku.

In the living room