Terima kasih, aku berhasil menyakiti diriku sendiri dengan berada di dekat mereka dan berusaha menahan tangis mendengarkan percakapan-percakapan yang dari pandangan egois seperti aku, harusnya percakapan itu menjadi milikku. Ya, hak milik aku dulu.
Aku benar-benar masih ingin menyakiti, memberontak, menangis, meracau, berteriak-teriak. Karena selama ini belum pernah semuanya terpapar ke permukaan dengan begitu jelas. Dan untuk aku yang sangat tidak terbiasa memendam semuanya di dalam hati dan tercekat di tenggorokan, hal ini terasa sangat menyakitkan, dan sulit.
Bukan, mungkin memang bukan cinta lagi yang bersarang disana. Segala emosi negatif belum keluar, belum tersalurkan, masih terpendam dengan segala tingkah lakunya yang menunjukkan perilaku yang hanya berubah dari overt jadi covert, hanya itu.
Namun semua rasa yang ada masih menunjukkan ekor apinya seperti hujan meteor tadi malam.
Ya, hujan meteor yang tak dapat kulihat meski sudah terbangun tengah malam dan memanjat genteng. Yang kulihat bahkan bukan langit mendung, hanyalah langit merah, Red Sky.
Aku benar-benar ingin menghapus semua rasa sakit ini dan tidak merasakan apa-apa. Lelah dengan perasaan yang sama yang berlangsung lebih dari satu tahun. Lelah dengan aku-gw-kamu-lo yang kadang-kadang masih suka terselip disana sini. Muak dengan diri sendiri. Tidak bisakah aku, tidak bolehkah aku?
Karena itu, aku benar-benar butuh pantai. Butuh berlari, berteriak, menangis, hanyut, tenggelam, sampai semuanya tersapu ombak dan pecah...
Tangisku ingin pecah. Tangisan marah. Sakit hati yang tidak pernah sembuh di bagian yang itu-itu melulu. Seperti mawar yang berbunga-bunga mekar sejalan dengan rumput-rumput yang meninggi namun belum sempat kusiangi. Bukan aku masih memikirkan rumput itu melebihi senangnya menatap mawar yang kuncup malu-malu, merah, dan segar. Namun tetap harus berjalan menginjak rumput dan membiarkannya meninggi, karena menyentuhnya pun aku tidak mau lagi.
Benar-benar ingin muntah. Benar-benar ingin semua musnah. Benar-benar ingin diberikan kekuatan, terserah kekuatan apalah itu namanya.
Hanya ingin berjalan lebih mudah tanpa sulur-sulur yang masih mengikat kakiku saat aku hendak berlari ke arah mawar yang sangat cantik itu.
...Aku...
Aku benar-benar masih ingin menyakiti, memberontak, menangis, meracau, berteriak-teriak. Karena selama ini belum pernah semuanya terpapar ke permukaan dengan begitu jelas. Dan untuk aku yang sangat tidak terbiasa memendam semuanya di dalam hati dan tercekat di tenggorokan, hal ini terasa sangat menyakitkan, dan sulit.
Bukan, mungkin memang bukan cinta lagi yang bersarang disana. Segala emosi negatif belum keluar, belum tersalurkan, masih terpendam dengan segala tingkah lakunya yang menunjukkan perilaku yang hanya berubah dari overt jadi covert, hanya itu.
Namun semua rasa yang ada masih menunjukkan ekor apinya seperti hujan meteor tadi malam.
Ya, hujan meteor yang tak dapat kulihat meski sudah terbangun tengah malam dan memanjat genteng. Yang kulihat bahkan bukan langit mendung, hanyalah langit merah, Red Sky.
Aku benar-benar ingin menghapus semua rasa sakit ini dan tidak merasakan apa-apa. Lelah dengan perasaan yang sama yang berlangsung lebih dari satu tahun. Lelah dengan aku-gw-kamu-lo yang kadang-kadang masih suka terselip disana sini. Muak dengan diri sendiri. Tidak bisakah aku, tidak bolehkah aku?
Karena itu, aku benar-benar butuh pantai. Butuh berlari, berteriak, menangis, hanyut, tenggelam, sampai semuanya tersapu ombak dan pecah...
Tangisku ingin pecah. Tangisan marah. Sakit hati yang tidak pernah sembuh di bagian yang itu-itu melulu. Seperti mawar yang berbunga-bunga mekar sejalan dengan rumput-rumput yang meninggi namun belum sempat kusiangi. Bukan aku masih memikirkan rumput itu melebihi senangnya menatap mawar yang kuncup malu-malu, merah, dan segar. Namun tetap harus berjalan menginjak rumput dan membiarkannya meninggi, karena menyentuhnya pun aku tidak mau lagi.
Benar-benar ingin muntah. Benar-benar ingin semua musnah. Benar-benar ingin diberikan kekuatan, terserah kekuatan apalah itu namanya.
Hanya ingin berjalan lebih mudah tanpa sulur-sulur yang masih mengikat kakiku saat aku hendak berlari ke arah mawar yang sangat cantik itu.
...Aku...
2 loves:
Hujan,ingin sekali hapus airmatamu..
datanglah kemari kalau begitu, sapalah aku. itu cukup membuatku tersenyum
Posting Komentar