Kutemui kau saat aku sedang berloncatan dalam maya mencari kata-kata yang berserak di kolom-kolom yang warna. Pelan-pelan kutelusuri dirimu sebelum menyapa. Takut kamu sibuk, dengan tanda palang merah menyala. Tapi letup-letup ini masih menggedor dan belum mengendor, jadi kukuatkan jiwa raga sambil komat-kamit dalam dada.
"Hai", kusapa
Rasanya ingin kututup jendela dan kabur ke rumah tetangga, menikung di perempatan sambil mengintip diam-diam.. Adakah merpati kembali bertengger di kepalaku?
"Hai", jawabmu. Kulihat ada senyum merekah dalam tulisanmu.
Aku membuncah. Ruah. Tapi sebelum limpah kutahan, sambil kubicara sigap membahas telusurmu.
Tidak bisa
Aku gagap setengah mati
Kata-kata meluncur meledak di kepala
Maka saat keluar hanya berupa pecahan... Aku lupa bagaimana merangkainya.. Ya Tuhan, bagaimana kukembalikan pecahan yang berserak... kukirim juga padamu..
Kamu masih bertanya sedang apa
Bisa kamu menunggu?
Sebentar, aku ingin memperbaiki kataku.
Kau mulai lagi, menyapaku
Pecah, pecah lagi pecahan itu.. sudah tiada beda dengan bulir pasir.. tanganku tergores.
ingin menangis. Aku ingin bilang tiada kata lagi saja tidak bisa
Kugerakkan lentik ini ke papan-papanku.
Masih tergesa dan tergugu membaca mu.
Kusodorkan juga tanganku.
"Salam"
Doakan aku tidak pingsan kali ini.
1 loves:
Hatiku mencelos, Sayang. Dia pingsan. Ketika pertama kali aku menyentuh lembut tanganmu...
Posting Komentar