The Sky is High

It's just a box of pieces of a puzzle about a small circle of friends. It's about the lives, the loves, and the hopes. One by one, part by part. Hung up in the sky along with prayers. Until each of them can fly higher by itself. The Sky the Rain the Rainbow the Sun the Moon. All are talking in their own way. Carving their small footsteps in the history of time. And now each of them can really fly higher by itself, and leave this house one by one...

Aku tidak tahu kisah cinta seperti apa yang akan aku miliki. Dulu mungkin aku seperti Donna... Rentan jatuh suka, meski tidak sampai benar-benar cinta. Gemar menghinggapi satu hati ke hati lainnya, juga membiarkan banyak hati menghinggapi hatiku, bersama atau bergantian. Kehidupan cinta yang tidak begitu jelas. Kehidupan yang penuh dengan petualangan rasa. Belasan nama berputar bahlan sebelum usiaku terhitung dewasa. Namun, tentu saja hanya bertepuk sebelah tangan. Bagaimana aku bisa coming out dan menyatakan cinta pada mereka jika ketika itu aku pun masih berusaha membuka mataku sendiri?

Saat ini, hidupku mungkin sedikit mirip dengan Bee. Namun, hanya sedikit saja. Memiliki seseorang yang bisa digandeng, bisa dipeluk, bisa diajak berbagi kasih, seperti masa ketika hubungan Bee dan Eve masih begitu hangat. Kadang, aku juga jealous dengan mantan-mantan sang kekasih. Beberapa masih menjalin kontak dengannya. Sang kekasih bersikap permisif pada telepon, sms, ataupun wall Facebook mereka. Yah, mungkin benar bahwa setiap orang butuh space tersendiri. Sisi kehidupan tanpaku adalah space-nya untuk bernapas, mengambil udara sebelum menyelam menemuiku lagi. Namun, bagaimana jika space bernapasku justru kehadirannya? Jika ia terlambat datang, mungkin aku sudah kehabisan udara, megap-megap dalam himpitan dunia nyata yang aku selami tanpanya.

Suatu hari nanti, kehidupan cintaku mungkin seperti Brownies. Akan siapkah aku pada hari pernikahanmu, Kekasih? Mungkin tidak. Tentu akan kuhirup wangimu yang tertinggal di bantal, di seprai, di pakaianku yang sempat kau kenakan, di boneka beruang yang kita dapatkan dari mesin game itu, dan di setiap sudut kamar kost-ku. Wangimu tertinggal di setiap lekuk tubuhku yang masih ingin lama memelukmu. Bayangmu akan menari-nari setiap kali aku berkaca pada cermin favorit kita berdua. Airmataku akan tumpah ketika mengecupmu untuk terakhir kalinya. Namun, aku akan terus berjalan tegak. Akan aku antarkan genggam jemarimu padanya, lelaki yang jauh lebih beruntung daripadaku karena dia terlahir sebagai lelaki dan boleh menikahimu. Akan aku bisikkan doa di setiap langkah kakimu beranjak dariku. Semoga kau selalu bahagia.

p.s.: Jangan menoleh lagi, Kekasih. Langkahku sudah cukup berat karena harus menyeret bayangku menjauh darimu
June 22nd 2009
3.23 A.M.
Setelah habis membaca Camilan SepociKopi

4 loves:

Anonim mengatakan... 7 Juli 2009 pukul 15.33  

well sis,, it will be happen!
yang perlu kita lakukan adalah mempersiapkan hati ;( hikssss

Haha...I think so...
Maka saya hanya berusaha menikmati waktu yang ada ntuk bersama saat ini...

Tes..Tes

sist...life must go on..

In the living room