The Sky is High

It's just a box of pieces of a puzzle about a small circle of friends. It's about the lives, the loves, and the hopes. One by one, part by part. Hung up in the sky along with prayers. Until each of them can fly higher by itself. The Sky the Rain the Rainbow the Sun the Moon. All are talking in their own way. Carving their small footsteps in the history of time. And now each of them can really fly higher by itself, and leave this house one by one...


Kita tidak berjalan di jalan yang sama, tetapi di dua jalan yang bersisian.


Kalimat itu dibisikkan pada sebuah malam ketika kami bertengkar. Saat ini, ketika pertengkaran telah usai dan kami kembali berjalan bergandengan, kata-kata tersebut masih menggema di dalam kepalaku seperti seekor semut yang menciptakan lorong-lorong sarang di antara butiran pasir. Tidak bisa aku sangkal, kata-kata itu benar


Pada kenyataannya, manusia memang tidak pernah berada di jalan yang sama. Setiap orang memiliki jalannya sendiri-sendiri. ada yang lurus, ada pula yang menikung tajam. Kerikil, panas, dan pohon tumbang yang merintangi setiap jalan pun dapat berbeda rupa. Hanya awal dan akhirnya yang pasti sama: ketiadaan.


Ketika kita bergandengan tangan dan berjalan bersama orang lain, tidak berarti bahwa orang tersebut telah berpindah ke jalan yang tengah kita tapaki atau sebaliknya. Jalan kita hanya sedang bersisian dengannya. Perbedaan akan selalu ada dalam berbagai bentuk seperti pemahaman, kecemasan, harap, keinginan, dan kewajiban. Berbagai ketidaksamaan inilah yang sering membuat kita tertarik pada orang lain. Namun, hal tersebut pula yang sering membuat kita semakin jauh terpisah.


Banyak dari kita yang lebih senang berjalan dengan tangan saling genggam daripada sendirian. Namun, tidak satu pun dapat meninggalkan jalannya. Hal itu menyebabkan kita berusaha menarik orang lain untuk mengikuti kita ketika liuk jalanan sedikit berbeda. Sementara, orang itu pun berusaha melakukan hal yang sama. Maka, jangan heran jika konflik demi konflik lahir di tengah-tengah.


Masing-masing dari kita perlu mengingat bahwa pada suatu waktu, setiap jalan akan meliuk dan menari dengan ritme dan arahnya masing-masing. Ketika saatnya tiba, kita harus dapat melepaskan genggam dengan ikhlas, baik untuk sementara ataupun untuk selamanya. Tidak ada gunanya kita mengutuki jalan yang memaksa genggaman kita untuk lepas karena jalan itu pula yang dulu kita syukuri karena mempertemukan dua tangan untuk saling genggam. Dia pula yang akan mempertemukan kita dengan tangan-tangan lainnya serta memberi kesempatan untuk memilih.


Well, di mana dan dengan siapa pun kita berjalan saat ini, ingatlah bahwa kebersamaan tidak sama dengan kesamaan. Keduanya tidak harus hadir bersamaan. Kita dapat tetap bersama di jalan yang berbeda. Jangan memaksa untuk sama karena paksaan hanya akan merusak esensi kebersamaan itu sendiri.


July 22nd 2009

5.16 A.M.

1 loves:

bulan love this...even saat kita berusaha menyesuaikan diri dengan harap, asa, kebiasaan, dll milik pasangan, kita tetap berada dalam jalan kita sendiri...

In the living room