Sepucuk surat cinta untuk Langit
Sambil memeluk diri di tengah malam yang membuat gigil, kamu menemaniku menunggu kereta di stasiun ini.
Perjumpaan kita selalu diawali dengan lambaian tangan sembari kamu memamerkan senyum manis dengan deretan gigi nan rapih, tatapan mata yang nakal mengekor gerak liuk.
Perpisahan kita juga, diakhiri peluk dan lambaianmu yang berlari-lari kecil saat keretaku sudah mulai berjalan. Kamu bilang akan selalu menungguku di stasiun yang sama. Saat aku ingin berhenti sejenak dan duduk di beranda rumahmu ditemani sepoci kopi panas dan cemilan kesukaanku.
Sudah sembilan jam aku bersamamu hari ini, mengisi ruang kosong di antara jemari tanganmu, melangkah menjelajah ke ruang-ruang dan lorong-lorong jengah.
Sudah sembilan mengeram di tubuh kita. Namun, pucuk-pucuk daun baru yang segar masih menyembul bertahap dalam diri kita. Masih degup, masih getar dan gemetar mencari baumu yang tertinggal di tubuhku.
Sudah jam sembilan, Sayang. Aku harus pulang. Aku tak mau ketinggalan kereta terakhir.
Saatnya meredam. Kutitipkan cintaku pada karcis yang mengantarku pulang. Kamu bisikkan pada masinis agar membawaku pulang dengan kehati-hatian. Kamu titipkan pesan pada rel kereta yang menyusut saat malam agar mengantarku pulang sampai ke pangkuan.
Sudah sembilan. Angka kesayanganmu menjelang. Nilai sempurna sebelum Tuhan. Lalu kupanjatkan jemari yang sesempurna angka Tuhan. Membalas semua doa yang kau titipkan dalam sujudmu dengan air mata haru dan sepucuk surat cinta untukmu.
Te Amo.
4 loves:
Duuuh...manisnya tulisan ini. Bikin hati ning lumer.
Salam kenal
Bening
salam kenal juga...
Makasih... ^.^
ini surat yang aku kasih ke Sky, perayaan sembilan bulan kami..
sampai sekarang juga kalau baca ini, matanya masih berkaca-kaca
hhe
Iya...makanya tidak boleh dibaca sering-sering... :-p Hehehehe....
"...sembari kamu memamerkan senyum manis dengan deretan gigi nan rapih, tatapan mata yang nakal mengekor gerak liuk."
Gue suka kata-kata ini.
lol.
Posting Komentar