The Sky is High

It's just a box of pieces of a puzzle about a small circle of friends. It's about the lives, the loves, and the hopes. One by one, part by part. Hung up in the sky along with prayers. Until each of them can fly higher by itself. The Sky the Rain the Rainbow the Sun the Moon. All are talking in their own way. Carving their small footsteps in the history of time. And now each of them can really fly higher by itself, and leave this house one by one...

“Bumi?! Kebagusan amat. Dia tuh ongol-ongol!”


Itulah sekelumit protes hujan akan sebutan yang aku berikan pada ‘dia’, pria yang kini menyandang status kekasihku. Tak heran hujan protes demikian, hujan memang memiliki sentimen negatif terhadap ‘dia’ sejak keributanku dengan Bumi. Sejak pertama kali Bumi menghubungi Hujan. Sejak pertama kali mereka berkenalan dan Hengetahui masalah kami saat itu. Benar kan, Hujan?


Berbeda dengan hujan, Sky berpikiran sama denganku untuk menyebut ‘dia’ bumi.


Nick untuk ‘dia’


Berawal dari dibentuknya blog ini dan undangan Sky untukku agar dapat bersama-sama meramaikan semestanya dengan tulisan-tulisanku. Dari sms yang Sky kirim ke smua anggota Lingkaran Bianglala, Sky meminta kami menggunakan nick seperti matahari, bulan, pelangi, awan, dan sejenisnya. Aku pun membalas smsnya dengan pertanyaan aku apa. Tak lama, ia menjawab bahwa aku adalah bulan. Kenapa bulan? Sky hanya menjawab dengan menyebutkan nick-nick yang telah dipakai dan mengatakan bahwa dirinya dan hujan telah sepakat menetapkan aku adalah bulan.


Cukup lama aku tak hiraukan invitation dari Sky. Sampai suatu saat, Hujan lah yang mengurus segalanya hingga terbentuk lah blog baru untukku. Great! Jujur, aku bukanlah orang yang pandai menulis. Sangat bukan. Jangankan menulis, mencari ide perihal yang aku akan tulis saja sudah setengah mampus pus pus. Itulah yang membuatku tercengang saat tahu bahwa menerima invitation itu berarti membuat blog baru. Hey, ko jadi curhat gini?! Balik ke topik awal.


Sejak aku dinobatkan sebagai bulan dan sejak aku bingung mencari topic-topik yang harus kutulis dalam semesta inilah aku mulai pencarian nama untuk ‘dia’. Walaupun ragu, namun kupikir topik mengenai hubunganku dengan ‘dia’ lah yang paling mudah menuai cerita.


Awalnya aku pikir bintang adalah sebutan yang dapat kugunakan untuknya. Mengapa? Alasannya sederhana. Saat SMA dulu, ‘dia’ sangat menyukai segala hal berkenaan dengan bintang. Lagu yang sering ‘dia’ nyanyikan adalah “Aku dan Bintang”nya Peterpan atau “Bintang”nya Air. Bahkan pada malam minggu pertama dia ngapel, kami telah memilih satu bintang yang kami tetapkan (semena-mena) adalah bintang kami. Bintang yang akan selalu menjaga dan mengawasi kami dimana pun kami berada. Bintang yang akan terus bersinar menerangi hubungan kami. Tak hanya itu, ‘dia’ pun pernah memberiku pin berbentuk bintang berwarna biru, warna kesukaanku saat itu. Eits, curhat lagi… eling… eling…


Namun suatu malam aku melihat langit. Gelap. Bulan sendirian. Tak satu pun bintang menemaninya. Sejak itu, aku ragu akan nick bintang untuknya. ‘Dia’ tak pernah meninggalkan aku. Bahkan saat kami jauh, ‘dia’tak pernah meninggalkanku. Bahkan saat aku berusaha menghindarinya, dia tetap ada bersamaku. Bahkan saat kami tak bertemu dan tak berhubungan, aku tetap dapat merasakan keberadaannya di sekitarku. Bersamaku. Jadi ingat video klipnya Mbah Surip “Tak Gendong”. (Hiiii…seram…)


Aku pun mulai berpikir ulang untuk mengganti nick untuk ‘dia’. Awan? Nope, sama sekali tidak cocok sepertinya. Nick untuknya harus yang menggambarkan ketidaklepasan dirinya dariku, bulan. Then, tadaaaaaaaa… eng ing eng… jreng… Muncullah BUMI dalam benakku.


Mengapa Bumi?


Yup, bumi adalah nick yang cocok untuknya. Bumi memiliki gravitasi yang senantiasa mengikat bulan agar terus berputar mengelilinginya. Mau tidak mau. Suka tidak suka. ‘Dia’ selalu dapat “memaksaku” untuk tidak meninggalkannya. Selalu.


Bumi. Berjuta-juta alasan kau paparkan agar aku tak meninggalkanmu. Berjuta-juta pesona kau tebarkan agar aku semakin berat mengandaskan hubungan kita. Tahukah kamu diantara semua itu apa yang paling membuatku berpikir jutaan kali jika hendak pergi darimu? Kesetiaanmu. Kamu menjadikanku satu-satunya bulan bagimu. Dulu, kini, dan selamanya (mungkin).Tak seperti Jupiter yang memiliki empat bulan mengelilinginya. Kamu hanya memiliki aku. Dengan piawai, kamu pun membuatku merasakan hal yang sama. Kamulah satu-satunya bumi milikku. Dengan begitu, kamu membuatku merasa bahwa aku istimewa. Perasaan yang selama ini enggan menghampiri ditengah sifat rendah diri teramat sangat yang kumiliki.


Bumi. Gravitasimu mengubah duniaku. Kehidupanku. Tidak seluruhnya baik, memang. Tapi kuakui tak sedikit yang memang baik. Dalam sekitar delapan tahun sejak pertama kali kita bertemu dan saling kenal, sekitar enam tahun kita benar-benar saling menyesuaikan diri dalam hubungan ini. Hubungan yang dipenuhi tarik menarik antara gravitasi yang kita miliki. Tak dapat kupungkiri, kamu memang lebih kuat dariku. Kamu mampu mengendalikan gerakku dalam garis edar yang kemudian kucipta untukmu. Sedang aku hanya mampu memasang-surutkan lautanmu. Tak adil. Kadang kuberpikir demikian. Namun mau apa lagi? Hingga saat ini dan nanti (mungkin) hanya gravitasimu lah gaya yang bekerja mempengaruhiku. Mungkin, hanya kiamat lah yang akan mampu memisahkan kita. Memisahkan aku darimu. Mungkin.

3 loves:

Saya paling suka dua paragraf terakhirnya...manis sekali...^_^

Harus diakui, kesetiaan itu memang menjadikannya istimewa. Tidak seperti saya yang sempat men-tiga-kan perempuan-perempuan manis yang menari di sekitar pelangi, hehehehe....

Namun, harus berusaha untuk "memodifikasi" jika tidak bisa "mengubah" over-possesive nya 'dia', ya. Enam tahun jelas bukan waktu yang singkat, dan kesetiaan Luna untuk selalu ingat "pulang" padanya pun adalah sebuah hal yang menurut saya hebat. Akan tetapi, sayang juga, kan, kalau enam tahun itu hanya diisi dengan senang-senang dan sayang-sayang, dengan marah-marah yang juga kembali berulang?

Biarkan gravitasi kalian saling memengaruhi satu sama lain...jika itu dapat mengubah satu dan lain hal menjadi lebih baik...

P.s.: Kalau benar suatu hari kalian menikah, hati-hati, ya... KDRT...:-p
(Kalau Bulan disakiti Bumi, dia boleh kembali menari di Langit, kok...:-p, hehehe)

tetap saja, gak suka paragraf terakhirnya..

tapi kalimat MUNGKIN setidaknya harus bertengger

dia tuh ongol-ongol luna....

sama aku aja kalau kamu diterlantarkan (sama Langit atau Bumi)

@sky: waaah, makasih sudah menawarkan tempat bersemat..memang, sayang sekali yah.tapi (entah kenapa) bulan yang biasanya mudah patah harapan, selalu memiliki at least setitik harapan pada bumi agar 'dia' dan bulan dapat saling memperbaiki. dapat saling meningkatkan kualitas kami pribadi dan hubungan kami.semoga aja yah sky, setitik harapan yang kini bulan kembali pertahankan tak lagi kandas. semoga aja kami (tak hanya bumi) bisa saling mengubah (setidaknya memodifikasi)kearah yang lebih baik.semoga.

@hujan: yey ^v^ ada lagi yang menawarkan diri menjadi tempat penampunganku...hehe..makasih hujan..

In the living room