Sewaktu asik berfesbuk ria, tiba-tiba ada seorang teman menyapa ku lewat chat box. Sebut saja namanya Rara. Dia dulu satu kostan denganku. Aku sudah lama tidak bertemu dan mengobrol dengannya. Basa-basi aku bertanya tentang keadaannya. Tidak lama chatting pun terhenti, karena aku keasikan dengan situs lain yang sedang kubuka. Kemudian, chat box fesbuk muncul lagi, masih Rara yang menyapa dari ujung sana. Dia bilang ingin bercerita sesuatu padaku. Aku menanggapinya dengan senang hati. Aku mendengar curhatnya lewat sarana chatting itu.
“gw lagi bingung banget nih, Dim..”
“bingung kenapa?”
“gw lagi punya masalah. Masalah yang sama kayak masalah lo dulu”
Haah..masalah apa ya? Aku kan punya segudang masalah..
“tentang nilai semester?”
“bukaaann..”
“tetangga di kosan berisik?”
“bukan jugaa..”
“yaudah cerita aja deh..gw bingung..”
“duuh..gw malu ceritainnya..gw mau lo nebak dulu..”
Ya ampuun..masalah apa sih? Hmm, masalah pribadi gw yang pernah gw ceritain ke Rara ya? Ah, masa masalah yg itu sih?
“tentang gw suka sm cewek???”
“iya BENAAARR...”
Aku tidak terkejut melihat dua kata itu. Aku malah tambah penasaran dengan ceritanya.
“lagi suka sama siapa? Si itu ya?”
“iya..gw semakin ngerasa nyaman kalau sama dia, Dim. Gw takut keterusan punya penyakit ini..”
“kata psikolog, itu bukan penyakit tauk..”
“TERUS APAAN DONG?”
“itu PILIHAN HIDUP manusia...”
Dan chatting pun berlanjut dengan curahan hati Rara yg sedang bingung dengan perasaannya. Perempuan yang disukai Rara bernama Jane. Aku tau Jane. Aku juga sempat naksir dengannya. Hahaa.. Menurutku Jane itu cewek ganteng. Ah setelah dilihat berkali-kali, ternyata dia cewek banget dan bisa jadi cantik banget. Rara dan Jane kuliah di fakultas yang sama dan aku tau mereka memang sudah dekat sejak semester pertama. Karena saking dekatnya, kadang sampai membuatku iri. Ooo tidak tidak..aku sama sekali tidak berniat untuk lebih dekat dengan Jane. Aku hanya suka dengan penampilannya.
Rara sedang dilanda gundah gulana. Dia semakin merasa nyaman jika bersama Jane, sangat kangen jika sehari saja tidak bertemu dengan Jane dan belakangan ini hubungan mereka semakin dekat, kemana-mana pergi berdua. Rara tau perasaan itu salah. Dia takut tidak bisa menghilangkan perasaan sukanya pada Jane. Rara merasa dirinya “sakit”, berdosa dan tentu saja bingung dengan perasaan yang dimilikinya. Ia meminta saran padaku tentang apa yang harus dia lakukan. Alasan dia meminta saran dariku adalah karena aku pernah mengalami hal yang sama dengannya dan dia pikir aku sudah tobat <*_*??>
Aku ingin membantu menenangkan perasaannya, tapi aku bingung harus memberi saran seperti apa. Aku tidak mau saranku membawa “virus”, sehingga dia bisa tertular “virus” ini. Karena perasaan ini pengalaman pertama Rara, ada kemungkinan dia bisa menetralisir perasaannya pada Jane. Aku tau itu susah, karena aku pernah mengalaminya. Butuh waktu berhari-hari dan sebisa mungkin tidak bertemu, mengobrol, sms dan KANGEN sama si Doi. Menurut Rara, dia merasakan Jane juga nyaman saat bersamanya. Wah, mengetahui hal itu, langsung terselip akal bulus dibenakku. Akhirnya aku memberi dua saran pada Rara.
Saran pertama adalah saran agar Rara bisa menghilangkan perasaan sukanya pada Jane dan saran yang kedua adalah tips agar Rara bisa mendapatkan Jane. Benar-benar ajaib, malaikat dan setan bergabung jadi satu dalam diriku. Dalam saran yang pertama, aku menekankan bahwa apabila Rara ingin menghilangkan perasaan itu, dia harus memegang prinsip “berteman nggak pake hati”. Pokoknya hubungan antar temen ya cuma sebatas temenan, nggak lebih. Selain itu, aku juga meyakinkan Rara bahwa dirinya pasti bisa menetralisir perasaannya pada Jane.
Dalam saran yang kedua (jujur, aku semangat banget pas menulis saran ini :p), ada beberapa tips yang aku berikan supaya Rara bisa tau apakah Jane juga benar menyimpan perasaan padanya. Siapa tau kan Jane juga suka sama Rara, tapi sama-sama takut ngungkapin perasaan masing-masing. Kalau begitu, nggak akan ketemu ujungnya deh. Sebenarnya aku nggak terlalu menganjurkan saran kedua ini. Tapi, seandainya perasaan Rara masih dag dig dug ser pada Jane, nggak ada salahnya tips itu dicoba sekedar untuk nge-test Jane.
Selain dua saran itu, ada pesan tambahan untuk Rara, sekaligus menjadi penutup dari pesan yang aku kirim padanya lewat fesbuk,
2 loves:
Homoseksualitas memang bukan penyakit.
Psikologi menyebutnya "pilihan".
Agama mengategorikannya sebagai "dosa".
Saya sendiri menganggapnya sebagai bagian dari warna-warni kehidupan.
Yep, setuju..
homoseksualitas bukanlah penyakit secara medis. dari ilmu kejiwaan pun, homoseksualitas bukan lagi merupakan penyimpangan.
Kinsey menyatakan bahwa orientasi seksual bersifat cair. Freud pun menyebutkan bahwa pada dasarnya manusia terlahir biseksual. seiring waktu, manusia akan merasakan hormon dan kecenderungan manakah yang lebih dominan. kemudian barulah kita dihadapkan pada pilihan untuk menerima ataukan tidak orientasi yang seksual yang kita miliki (yang dominan tersebut.
saya pun mungkin akan bingung setengah mati bila dihadapkan pada pertanyaan yang sama. salut buat dimii yang telah dapat memberikan saran.
:)
Posting Komentar