akh, aku lupa... sekarang kan global warming.
matahari menyala-nyala panas.
ekornya menghantam.
akh, aku lupa. anak kucing liar penuh luka yang kami temukan di jalan penuh debu, dan bermain bersama kami dalam perawatan yang kami usahakan sempurna, kini mulai mencakar sofa -dan hati kami-
akh, matahari bukan milik rumah kami lagi. Matahari pindah ke blok sebelah sana, jauh sekali dari rumah kami.
hanya hujan, bulan, langit, dan pelangi.
menyenandungkan lagu yang sama.
pada suatu ketika, aku datang, sebagai hujan yang mencari terik, mencari panas agar aku menguap.
tapi akh, ekornya menghantam pipiku, dan memukulku keras-keras, senyumnya menggores.
aku pulang sambil menangis, miris. hujan turun deras, makanya akhir-akhir ini sering ada badai.
bulan kesal, pelangi juga, langit murka.
maka kami tak peduli lagi, aku berusaha tak peduli, tapi tak bisa.
kuletakkan kunci itu di tangannya, dan aku pergi.
aku tak mau dengar, tak sanggup dengar.
tapi aku mau, rumahku, rumah ini, dan isinya, dan kami... bahagia...
maka dilepaskan kucing yang mulai menggigit itu kembali ke habitatnya.
Jalanan kasar, selokan, dan kembali luka-luka.
karena, aku juga terluka, matahari
kami terluka, Dimii
selamat tinggal, Dimii
selamat pergi mencari rumah lain yang kamu kehendaki.
hujan, hujan, hujan turun deras.
badai, badai, aku bisa mencium wangi angin badai.
dan kali ini, petir, petir, petir menyambar -mu-
reminder
2 hari yang lalu
8 loves:
Ini tentang perpisahan? ada amarah, kecewa dan penolakan yang terlukis disini.
saya tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi, tapi yang pasti akan selalu ada yang datang dan pergi. ada yang membawa tawa namun ada juga yang meninggalkan perih.
pasti ada satu alasan dibalik semua yang terjadi. walaupun dia pasti akan menunggu waktu yang dianggapnya tepat untuk menampakkan diri.
satu pengalaman ini semoga dapat menjadi salah satu chapter dalam perjalanan hidup kalian. masih banyak chapter lain dengan nuansa yang berbeda juga. jangan lupa untuk segera pindah ke chapter berikutnya, jangan terpaku disini. masih banyak hal yang belum dialami, siapa tahu di chapter berikutnya kalian akan menemukan pengalaman baru yang jauh lebih menyenangkan.
bianglala masih akan tetap ada untuk memberi warna pada langit kan?
regards,
Jean Piaget
@Jean Piaget... ya, ini tentang perpisahan, katakan selamat tinggal pada Dimii, the baby sun, yang mungkin sudah bukan baby lagi, dia mungkin sudah dewasa...
hidup seperti bianglala, bukan? melingkar, di atas, di bawah.
ketika ada di bawah, semoga kami ingat menjejak tanah.
bianglala tetap memberi warna pada langit.
masih ada pelangi di hati masing-masing setelah hujan turun. masih ada bulan meski matahari tidak lagi nampak
Dia mungkin sudah cukup dewasa untuk hidup sendiri di jalan yang dia pilih... Tapi dia belum cukup dewasa untuk menyadari bahwa dia tidak bisa selamanya begitu. Dia tetap akan membutuhkan orang lain, meskipun orang itu bukan penghuni LingkarBianglala...
Selamat berjuang dengan hidupmu, Dimii.
Aku tidak menyesal melepasmu, seperti halnya kamu pun mungkin tidak pernah menyesal menjauh, menyakiti, hingga kini benar-benar mendapat surat izin untuk meninggalkan kami.
Hanya satu yang aku sesalkan: betapa kamu masih bisa menggurat luka meski telah jauh pergi dari kami...
everythin happen wit its own reason..only God knows why..yang pergi mugkin akan pergi tanpa menyedari sebenarnya hati itu ada secalit bersama kamu2 di LingkarBianglala.
I Love Dimii..
-dhe3
@dhe3- you wont, if you are not like her
Kurasa ia tak pula buruk. Pasti ada alasan ditiap keputusannya. Hanya saja kali ini tidak sesuai dgn kalian.
Entahlah,, aku tidak bisa menerka lebih lanjut..
Will miss your post, dimii!!
-dhe3
dimii bukan lagi a baby sun, she's simply become a disaster...
Posting Komentar