Maaf, ya, Dear... Aku telat menulisnya...
Sudah lima belas, Dear... Sudah bosan belum...?
Aku sudah berubah banyak. Ya, kan? Semakin kasar katamu. Semakin temperamental dan tidak sabar kataku. Semakin mirip dengan diriku sebelum bertemu kamu...
Rindukah kamu dengan aku yang dulu?
Jelas iya, ya? Aku yang dulu lebih menarik, lebih menyenangkan, dan lebih menunjukkan kasih sayangku padamu, kan? Maka kamu selalu merindukan aku yang dulu... Tapi inilah aku, Sayang. Dengan segala ke"kini"anku.
Aku juga rindu kamu yang dulu, Sayang. Kamu yang selalu menggoda aku. Kamu yang selalu mencoba menarik perhatian aku. Kamu yang memiliki mata berbinar-binar saat menatap aku dan bicara denganku. Kamu yang selalu meng-sms aku. Kamu yang selalu senang tiap aku telepon. Kamu yang tegar.
Sekarang kamu lebih sering terlihat rapuh ketika memandangku. Matamu tidak lagi berbinar-binar, tetapi berkaca-kaca. Bahkan ketika aku diam. Kamu ingin aku menghubungimu ketika kita jauh. Namun, ketika aku hubungi, sepertinya aku hanya mengganggu. Kamu seringkali tengah sibuk atau harus melakukan sesuatu...
Jangan salah paham, Sayang. Aku sayang kamu. Masih cinta kamu. Hingga detik ini. Aku rindu kamu yang dulu. Namun, aku juga cinta kamu yang sekarang. Mungkin waktunya saja yang tidak tepat. Aku lelah dan sibuk ketika kamu ingin perhatian dan kasih. Kamu juga sibuk ketika aku mencoba memberi perhatian dan kasih. Hanya berharap kita bisa kembali menyelaraskan jam pasir dalam hati dan hubungan kita lagi...
Manusia tidak pernah mengerti manusia lain, Sayang. Manusia bahkan sulit mengerti akan dirinya sendiri. Manusia sebenarnya tidak pernah cocok. Apa yang terjadi adalah manusia berusaha mengerti, berusaha mencocokkan diri, berusaha saling mengalah dengan berbagai alasan. Mungkin itu yang kurang aku lakukan akhir-akhir ini. Mungkin itu yang harusnya kembali aku lakukan...
Sayang, lima belas bulan... Beberapa kali kita sempat beristirahat karena lelah berjalan. Sudah lelah lagikah kamu? Atau kamu hanya merindukan aku yang dulu? Mungkin kamu ingin berbalik ke jalan yang telah kita lewati untuk mencari aku yang dulu yang mungkin terserak di jalan?
Hatiku saat ini penuh gurat, Sayang. Gurat dari pembicaraan kita di telepon. Gurat dari chat kita semalam. Gurat dari membaca wall-mu dan wall-nya yang kamu buatkan... Gurat dari merenungi diriku sendiri yang tidak sempurna pun tidak sebaik yang kamu inginkan...
Ketika Luna sempat bertanya, "Kamu tidak cemburu?", aku berbohong jika mengatakan tidak. Karena setiap memikirkanmu yang begitu bersemangat menceritakan orang lain, hatiku sakit. Aku hanya berusaha memberi space bagimu untuk bernafas. Memberi kesempatan bagi matamu untuk kembali berbinar. Memberi waktu bagi suaramu untuk mengandung excitement. Ketika kamu berkomunikasi dengan dia... Orang yang katamu mirip aku yang dulu... Berusaha...namun tetap tidak bisa berhenti egois...
Lima belas bulan, Sayang... Aku percaya, masih percaya ketika kamu bilang kamu sayang aku dan kamu cinta aku. Namun, aku tidak ingin memaksamu untuk terus berjalan ketika kamu sudah terlalu lelah... Kita punya waktu satu bulan, Sayang. Setidaknya satu-dua minggu sampai kita bertemu lagi. Pikirkanlah kembali baik-baik. Aku ingin tahu, sebenarnya mana yang lebih kamu cintai: aku yang sekarang kah, atau aku yang dulu, namun kamu tidak bisa lepas karena semua kenangan kita...
Aku di sini. Menunggu. Berpikir.
Pernah, tengah, dan masih berharap bisa mencintaimu unconditionally...
Happy 15th Monthliversary, My Rain-Dear...
I love you.
December 29th, 2009
5.00 P.M.
Sudah lima belas, Dear... Sudah bosan belum...?
Aku sudah berubah banyak. Ya, kan? Semakin kasar katamu. Semakin temperamental dan tidak sabar kataku. Semakin mirip dengan diriku sebelum bertemu kamu...
Rindukah kamu dengan aku yang dulu?
Jelas iya, ya? Aku yang dulu lebih menarik, lebih menyenangkan, dan lebih menunjukkan kasih sayangku padamu, kan? Maka kamu selalu merindukan aku yang dulu... Tapi inilah aku, Sayang. Dengan segala ke"kini"anku.
Aku juga rindu kamu yang dulu, Sayang. Kamu yang selalu menggoda aku. Kamu yang selalu mencoba menarik perhatian aku. Kamu yang memiliki mata berbinar-binar saat menatap aku dan bicara denganku. Kamu yang selalu meng-sms aku. Kamu yang selalu senang tiap aku telepon. Kamu yang tegar.
Sekarang kamu lebih sering terlihat rapuh ketika memandangku. Matamu tidak lagi berbinar-binar, tetapi berkaca-kaca. Bahkan ketika aku diam. Kamu ingin aku menghubungimu ketika kita jauh. Namun, ketika aku hubungi, sepertinya aku hanya mengganggu. Kamu seringkali tengah sibuk atau harus melakukan sesuatu...
Jangan salah paham, Sayang. Aku sayang kamu. Masih cinta kamu. Hingga detik ini. Aku rindu kamu yang dulu. Namun, aku juga cinta kamu yang sekarang. Mungkin waktunya saja yang tidak tepat. Aku lelah dan sibuk ketika kamu ingin perhatian dan kasih. Kamu juga sibuk ketika aku mencoba memberi perhatian dan kasih. Hanya berharap kita bisa kembali menyelaraskan jam pasir dalam hati dan hubungan kita lagi...
Manusia tidak pernah mengerti manusia lain, Sayang. Manusia bahkan sulit mengerti akan dirinya sendiri. Manusia sebenarnya tidak pernah cocok. Apa yang terjadi adalah manusia berusaha mengerti, berusaha mencocokkan diri, berusaha saling mengalah dengan berbagai alasan. Mungkin itu yang kurang aku lakukan akhir-akhir ini. Mungkin itu yang harusnya kembali aku lakukan...
Sayang, lima belas bulan... Beberapa kali kita sempat beristirahat karena lelah berjalan. Sudah lelah lagikah kamu? Atau kamu hanya merindukan aku yang dulu? Mungkin kamu ingin berbalik ke jalan yang telah kita lewati untuk mencari aku yang dulu yang mungkin terserak di jalan?
Hatiku saat ini penuh gurat, Sayang. Gurat dari pembicaraan kita di telepon. Gurat dari chat kita semalam. Gurat dari membaca wall-mu dan wall-nya yang kamu buatkan... Gurat dari merenungi diriku sendiri yang tidak sempurna pun tidak sebaik yang kamu inginkan...
Ketika Luna sempat bertanya, "Kamu tidak cemburu?", aku berbohong jika mengatakan tidak. Karena setiap memikirkanmu yang begitu bersemangat menceritakan orang lain, hatiku sakit. Aku hanya berusaha memberi space bagimu untuk bernafas. Memberi kesempatan bagi matamu untuk kembali berbinar. Memberi waktu bagi suaramu untuk mengandung excitement. Ketika kamu berkomunikasi dengan dia... Orang yang katamu mirip aku yang dulu... Berusaha...namun tetap tidak bisa berhenti egois...
Lima belas bulan, Sayang... Aku percaya, masih percaya ketika kamu bilang kamu sayang aku dan kamu cinta aku. Namun, aku tidak ingin memaksamu untuk terus berjalan ketika kamu sudah terlalu lelah... Kita punya waktu satu bulan, Sayang. Setidaknya satu-dua minggu sampai kita bertemu lagi. Pikirkanlah kembali baik-baik. Aku ingin tahu, sebenarnya mana yang lebih kamu cintai: aku yang sekarang kah, atau aku yang dulu, namun kamu tidak bisa lepas karena semua kenangan kita...
Aku di sini. Menunggu. Berpikir.
Pernah, tengah, dan masih berharap bisa mencintaimu unconditionally...
Happy 15th Monthliversary, My Rain-Dear...
I love you.
December 29th, 2009
5.00 P.M.
2 loves:
lima belas plus tiga hari...
iya, aku berkaca-kaca...
papa pipimu yang mengurus, cekungan matamu, luka-lukamu, tanganmu, kakimu, rusukmu...
aku juga berubah ya?
iya
aku menyakiti hati kamu ya?
iya
entah apa yang menggantung di pikiranku, maka aku menurunkan hujan begitu deras di dekapan paling luas
im amaze wit ur writing..
Posting Komentar