Dia ngambek lagi hari ini...
Laptopku tersayang. Aku mendapatkannya sebagai warisan dari tante di awal tahun 2009 setelah dipakai dengan penuh semangat untuk mengerjakan tugas dan tesis sejak tahun 2006. Untuk ukuran laptop, dia memang sudah tua. Tiga tahun lebih usianya. Meskipun physical appearence-nya masih menarik, tidak jauh berbeda dengan saat pertama diadopsi dari toko, namun organ internalnya mungkin sudah tidak sebaik dulu.
Well, mengingat garansi alat elektronik umumnya hanya satu tahun, aku tahu bahwa aku harus siap melepas laptop ini sewaktu-waktu. Apalagi jika mengingat kata-kata Hujan.
"Laptop itu punya masa hidup, Sayang. Akan ada saatnya dia otomatis mati. Kalau tidak begitu, perusahaan komputer bisa bangkrut!"
Aku tahu dia benar. Hanya saja, aku tetap belum bisa ikhlas melepasnya. Meskipun akhir-akhir ini dia sering tiba-tiba error (monitornya bisa tiba-tiba hitam dan hanya menyisakan tulisan Operating System is Not Found berwarna putih), aku tetap belum bisa menerima kalau suatu saat dia tidak bisa dinyalakan lagi.
Walaupun dulu laptop ini milik tante, mungkin memang aku yang paling sering menggunakannya. Setiap kali tante meminta tolong untuk menerjemahkan bahan atau online mencari jurnal referensi, aku hampir selalu ditemani oleh laptop ini. Laptopku yang polos, yang sederhana, yang sabar. Tidak ada skin cover yang macam-macam menutupinya. Tidak ada aplikasi bervariasi yang meramaikan desktop-nya. Hanya ada aplikasi standard dan beberapa aplikasi lain hasil kemurahan hati abang-abang tukang install yang pernah mengobati sakitnya.
Laptopku yang pendiam. Aku pikir, memang laptop inilah yang paling dapat menemani dan merepresentasikan diriku. Kami sama-sama rapuh, sederhana, tidak suka macam-macam, selalu ingin melakukan segala sesuatu pelan-pelan dan step-by-step, serta tetap berusaha bersabar dan diam ketika tanpa sengaja disenggol atau dijatuhkan orang.
Jika suatu saat aku memang harus membeli dan menggunakan laptop lain, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan pada laptop ini. Acer Aspire 3620 yang telah mati tidak mungkin kujual atau kuberikan cuma-cuma pada abang-abang tukang service laptop. Terlalu banyak kenangan terukir di tiap kedip layar monitornya. Namun, aku takut jika disimpan dalam lemari, dia akan berdebu tak pernah lagi disentuh. Mungkin lebih baik aku kafani saja, lalu aku kubur dalam tanah, diiringi segala macam doa, dan diakhiri dengan taburan bunga...
(Bertahanlah, laptopku sayang! Jangan berhenti sebelum kau memang tak mampu lagi...)
October 20th, 2009
11.10 A.M.
Laptopku tersayang. Aku mendapatkannya sebagai warisan dari tante di awal tahun 2009 setelah dipakai dengan penuh semangat untuk mengerjakan tugas dan tesis sejak tahun 2006. Untuk ukuran laptop, dia memang sudah tua. Tiga tahun lebih usianya. Meskipun physical appearence-nya masih menarik, tidak jauh berbeda dengan saat pertama diadopsi dari toko, namun organ internalnya mungkin sudah tidak sebaik dulu.
Well, mengingat garansi alat elektronik umumnya hanya satu tahun, aku tahu bahwa aku harus siap melepas laptop ini sewaktu-waktu. Apalagi jika mengingat kata-kata Hujan.
"Laptop itu punya masa hidup, Sayang. Akan ada saatnya dia otomatis mati. Kalau tidak begitu, perusahaan komputer bisa bangkrut!"
Aku tahu dia benar. Hanya saja, aku tetap belum bisa ikhlas melepasnya. Meskipun akhir-akhir ini dia sering tiba-tiba error (monitornya bisa tiba-tiba hitam dan hanya menyisakan tulisan Operating System is Not Found berwarna putih), aku tetap belum bisa menerima kalau suatu saat dia tidak bisa dinyalakan lagi.
Walaupun dulu laptop ini milik tante, mungkin memang aku yang paling sering menggunakannya. Setiap kali tante meminta tolong untuk menerjemahkan bahan atau online mencari jurnal referensi, aku hampir selalu ditemani oleh laptop ini. Laptopku yang polos, yang sederhana, yang sabar. Tidak ada skin cover yang macam-macam menutupinya. Tidak ada aplikasi bervariasi yang meramaikan desktop-nya. Hanya ada aplikasi standard dan beberapa aplikasi lain hasil kemurahan hati abang-abang tukang install yang pernah mengobati sakitnya.
Laptopku yang pendiam. Aku pikir, memang laptop inilah yang paling dapat menemani dan merepresentasikan diriku. Kami sama-sama rapuh, sederhana, tidak suka macam-macam, selalu ingin melakukan segala sesuatu pelan-pelan dan step-by-step, serta tetap berusaha bersabar dan diam ketika tanpa sengaja disenggol atau dijatuhkan orang.
Jika suatu saat aku memang harus membeli dan menggunakan laptop lain, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan pada laptop ini. Acer Aspire 3620 yang telah mati tidak mungkin kujual atau kuberikan cuma-cuma pada abang-abang tukang service laptop. Terlalu banyak kenangan terukir di tiap kedip layar monitornya. Namun, aku takut jika disimpan dalam lemari, dia akan berdebu tak pernah lagi disentuh. Mungkin lebih baik aku kafani saja, lalu aku kubur dalam tanah, diiringi segala macam doa, dan diakhiri dengan taburan bunga...
(Bertahanlah, laptopku sayang! Jangan berhenti sebelum kau memang tak mampu lagi...)
October 20th, 2009
11.10 A.M.
3 loves:
Sabar ya.....!
Biasanya,menurut pengalamanku mengobrak abrik laptop, hal itu disebabkan oleh banyak faktor (hardware maupun softwarenya). dari sisi hardware disebabkan karena mungkin kabelnya kurang kenceng, hardisk yg sudah tua, atau motherboard yang mulai usang. Sedang dari sisi software biasanya karena proses penginstallan OS yg tidak sempurna. Kalau hardwarenya udah parah yg mending beli baru aja, soalnya harga hardware sama beli laptop baru nggak jauh beda.
Wah, kalau tempat kamu deket bisa tak bantuin. Tapi berhubung jauh jadi nggak bisa dech. Heehehehe...
-Iheng-
Gue ngerti banget perasaaan lo.
Dulu laptop yang menemani gue berbulan-bulan ngerjain skripsi juga laptop pertama gue akhirnya harus gue ikhlasin dijual. Yang menurun cuma kualitas batrenya. Sisanya masih sangat fine. Tapi mengingat kebutuhan gue semakin bertambah, si laptop udah ngga mampu lagi ngasih jasanya. Dan bener kata hujan, yang namanya barang elektronik itu punya usia pemakaian tersendiri.
Tapi nanti kalo sampai harus beli laptop baru pasti tetep seneng kok karena jadi jauh memudahkan kita beraktifitas (apalagi yng namanya untuk mengerjakan tugas yang menggunung itu *sigh*). Sedih sih pasti. *ahh..jadi teringat laptop gue yang lama..hiks..*
Hehe... thx, ya.
Alhamdulillah sampai hari ini laptopnya masih bisa dipakai.
Ini juga kalau ada uang sudah ada laptop baru yang diincar. Tapi selama masih bisa diperbaiki dengan di-install ulang, yah, sepertinya akan tetap pakai laptop yang ini...hehehe
Posting Komentar