The Sky is High

It's just a box of pieces of a puzzle about a small circle of friends. It's about the lives, the loves, and the hopes. One by one, part by part. Hung up in the sky along with prayers. Until each of them can fly higher by itself. The Sky the Rain the Rainbow the Sun the Moon. All are talking in their own way. Carving their small footsteps in the history of time. And now each of them can really fly higher by itself, and leave this house one by one...


God, please tell me
What should I do?
Where could I find,
A place to live?

God, please believe me
I am only
Looking for a place
To stay, stay, stay, stay...


Tulisan di atas adalah dua bait penggalan dari sebuah lagu yang aku buat ketika masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Saat-saat frustrasi. Saat-saat sendiri. Saat di mana orang dewasa terlalu sibuk mencari-cari masalah baru untuk dipertengkarkan.

Saat itu, aku berpikir bahwa rumah bukanlah benar-benar rumah. It might be a house, but definitely not a home. For me. Saat itu. Namun, seiring waktu berlalu, dan setelah aku memperoleh kesempatan untuk pergi jauh, semuanya berubah.

Yes, that's my house, and also my home. Tidak peduli seberapa bobrok pun hubungan keluarga yang ada di dalamnya. Tidak peduli seberapa berbeda pun pandangan dan pemikiran orang-orang yang menempatinya. Ada memori terserak di sana. Ada keluarga. Terutama setelah segalanya berubah jauh lebih tenang.

Namun, di saat semuanya membaik, justru aku yang harus meninggalkan mereka. Ada harapan yang harus diantarkan menuju pengejawantahannya dalam nyata pada masa. Ada kewajiban yang membebani pundak, namun tetap harus dijunjung meski lelah telah lama menghinggapi tangan dan kaki.

Tanpa terasa, hari-hari mulai menahun. Penanggalan telah habis tersobek. Aku mulai tidak peduli. Ada amanat yang harus dijalankan, dan aku mulai terbiasa dengan berat bebannya. Sama seperti aku mulai terbiasa dengan warna kemeja yang semakin pudar, atau sol sepatu yang semakin lebar terkoyak, atau kaus kaki yang jempolnya berlubang.

Namun, beberapa waktu yang lalu, aku kembali teringat untuk pulang. Apa kabar mereka semua sekarang? Tetap sehatkah? Dapatkah mereka makan tiga kali sehari sambil membayarkan biaya hidup dan kuliahku di sini?

Aku teringat lebaran dan akhir tahun kemarin. Kakak sempat mengirimiku potongan lagu Home-nya Michael Bubble lewat sms. Entah apa maksudnya. Mungkin dia ingin meledek aku yang tidak bisa pulang saat itu karena dana yang ada harus dialokasikan untuk biaya kuliahku. Mungkin juga dia ingin menyuruhku pulang karena sebenarnya dia yang kangen, hanya saja dia tidak tahu cara mengatakannya. Keluarga kami memang tidak terbuka untuk hal-hal yang berhubungan dengan kasih sayang. Mengingatnya membuatku semakin ingin pulang; sekedar untuk menyuruhnya rajin membelai dan menjaga gitar kesayanganku yang kami panggil "adek".

Akan tetapi, aku juga tidak ingin meninggalkan Hujan sendiri di sini. Izin darinya telah aku dapatkan sejak dulu, meski dia juga tetap harus belajar rela melepaskanku untuk sejenak yang cukup panjang. Biaya tiket yang mahal pun seharusnya tidak jadi masalah karena jika digabungkan, tabungan rahasia kami berdua dapat mengatasi harga yang naik semakin tinggi.

Namun, akhirnya aku memutuskan untuk tetap bersabar, mungkin untuk setengah atau satu tahun lagi. Bukan harga tiket yang semakin menjauh yang menguatkan keputusanku. Hanya satu kalimat. Hanya sebaris kata-kata yang diketikkan Hujanku di layar YM ketika aku chat dengannya sambil mengecek harga tiket online.

Aku akan selalu mengizinkanmu untuk pergi, bukan pulang karena pulang adalah saat-saat bersamamu.

Ya, sayang. Home is when I am with you. Yet still, the house is also my home. Aku sangat bersyukur karena aku yang pernah merasa terlantar dan sendiri kini memiliki dua yang dapat aku sebut rumah. Dan aku lebih bersyukur lagi karena salah satunya adalah kamu. Bukan orang lain.

Terima kasih, Dear. Aku pulang.
Padamu.


September 11th, 2009
1.55 P.M.

4 loves:

karena rumah adalah...

...kamu. Dan saat-saat bersamamu.

My dear kiddos Sky and Hujan,
I love this article. 'Home is... where you feel loved and needed.' And it can be anywhere in this world... How are you, my young writers? Miss to have chit chat with you.

Hugs
Juno

@ Juno: Thank you...^_^. Alhamdulillah, kami masih hidup dan masih bersama...(berharap suatu saat bisa mengatakan masih "hidup bersama"...:-p) Miss you, too, Kawan. Kami online hampir tiap hari, kok. Kalau tidak terlalu sibuk, chat di yahoo lagi, ya...^_^)

In the living room