Seperti purnama yang menggenapkan ketika gelap. Duabelas-satu adalah langkah pertama ketika kita berani menginjakkan kaki kita dan berjalan tegak. Waktu membuat kita bertambah tua, kalender telah berganti, alarm handphone aku berbunyi. Sudah genap 365 yang pasti, setelah akhirnya berhenti di kalender dengan banyak tanda silang akhirnya berhenti di satu titik putaran.
Kita belum bisa berlari terlalu jauh, sayang. Namun jemari ini selalu mencari tanganmu, ingin menggenggamnya agar bisa berjalan bersisian, meski kadang satu di antara kita terjatuh, masih ada genggam lainnya yang menunggu dan membantu berdiri.
Baru lapis pertama yang kita gigit, sementara ada berlapis lainnya yang menunggu dan meninggi selagi kita berjalan. Tertawa berguling-guling, melirik malu-malu, menggenggam diam-diam, bercumbu perlahan-lahan, memeluk erat-erat, serta menangis tersedu-sedan.
Sayang,..angka satu kita bukan untuk mengejar si dua, atau sekedar menghabiskan jatah hari di kalender tigaratusenampuluhlima. Tigaratusenampuluhlima itu digenapkan jadi duabelas-satu yang menggenapkan kita saat kita menangkupkan tangan jadi satu. Aku, kamu, kita.
Ada banyak agenda tahun ini, ada cinta semanis dan sepahit cokelat, sepekat kopi kental tanpa gula, seasin garam refinery, seasam jeruk nipis, dan setebal buku gravetter-forzano.
Sekarang ada angka manis yang tertera, angka kecil yang menggenapkan satu. Juga, di setiap lambaoanmu, sebelum masinis menjemputku, selalu ada peluk paling hangat, kecup di kening, senyum manis dan doa pengantar pulang ke pangkuan.
Kemudian ketika berjalan dan lambaianmu mulai menghilang, terkadang aku panik ingin menangis, karena sesak tersimpan, bulir terselip, rindu yang sedemikian membuncah, cinta yang menggedor lupa meniup cintanya habis dalam bisikan paling manis
reminder
2 hari yang lalu
0 loves:
Posting Komentar