Sky.
Terus terang aku ragu menekan tombol publish di tulisan ini. Mengetikkannya pun ragu. Namun menuliskan kejujuran memanglah pahit, dan kadang-kadang kebohongan memang lebih manis. Namun aku ingin menenggak pil pahit dan mengunyahnya perlahan, agar setelah itu, aku bisa mengecap rasa manis dengan benar.
Sky. Aku gaung tiap membaca namamu. Aku gamang tiap menatap matamu. Aku berkaca-kaca tiap mendengar suaramu. Karena kamu masih disini. Bayangkan! Kita masih ada di rumah yang sama. Masih mengetikkan berberapa kata, masih saling bercerita, di tempat yang sama! Dan segala puja puji syukur aku masih panjatkan, bersama tutur doa yang terus kulafalkan.
Kamu tidak mungkin tidak tahu triangular theory of love, Stenberg. Kita harus sudah bisa menyimpulkannya di luar kepala! Terima kasih telah menjalani segala bentuk cinta dan kasih sayang dengan cara yang berbeda. Terima kasih telah menjadi teman, sahabat, kekasih, dosen, tetangga, mantan, saudara, adik, kakak, all-in-one buddies. Bahkan matras, tangga, parasut, galah, payung maupun batu loncatan...
Aku masih sangat menyayangimu Sky. Rasa sayang yang berubah bentuk dengan sangat perlahan tapi cantik. Aku sangat ingin memelukmu saat ini juga dan berkata, “Selamat berjuang, sayangku.”
Sayang, karena kamu memang selalu kusayang. Karenanya aku harap masih ada peluk erat yang biasa kamu hadirkan. Kuharap masih ada senyum manis yang menggembang dari wajahmu yang semakin lama semakin cantik.
Banyak janji-janji kita dulu, Sky. Tapi aku benar-benar berharap kamu akan mengingat janji kita yang paling aku suka. Kita akan bertemu 8 atau 10 tahun lagi, dengan keluarga masing-masing. Kamu bisa melihat betapa cantiknya anak-anakku, persis seperti mamanya. Dan aku bisa melihat kamu, kali ini, dan memperkenalkan kamu pada anak-anakku.
Hanya itu saja, sekali itu saja. Dan kehidupan akan berjalan seperti biasa. Kamu dengan kehidupanmu. Aku dengan kehidupanku. Hanya lafal doa demi kebaikan masing-masing.
Sebenarnya aku mau protes dengan bentuk kasih sayang yang baru ini. Bukan, bukan mau meminta lebih dari hubungan saudara. Kamu tahu rumah manapun selalu terbuka untukmu. Termasuk rumahku. Kamu selalu menjadi anak kesayangan Mama di rumah. Aku mau protes karena sekarang aku harus memanggilmu Kakak!
Selamat berjuang, Kak. (Cocok tidak, ya? Biasanya aku yang jadi kakaknya...)
Semoga kamu suka dengan gelar barumu!
Aku pamit dulu...
Pamit mau pacaran dulu, ya Kak!
De Angelo sudah menunggu di depan rumah ini.
Terus terang aku ragu menekan tombol publish di tulisan ini. Mengetikkannya pun ragu. Namun menuliskan kejujuran memanglah pahit, dan kadang-kadang kebohongan memang lebih manis. Namun aku ingin menenggak pil pahit dan mengunyahnya perlahan, agar setelah itu, aku bisa mengecap rasa manis dengan benar.
Sky. Aku gaung tiap membaca namamu. Aku gamang tiap menatap matamu. Aku berkaca-kaca tiap mendengar suaramu. Karena kamu masih disini. Bayangkan! Kita masih ada di rumah yang sama. Masih mengetikkan berberapa kata, masih saling bercerita, di tempat yang sama! Dan segala puja puji syukur aku masih panjatkan, bersama tutur doa yang terus kulafalkan.
Kamu tidak mungkin tidak tahu triangular theory of love, Stenberg. Kita harus sudah bisa menyimpulkannya di luar kepala! Terima kasih telah menjalani segala bentuk cinta dan kasih sayang dengan cara yang berbeda. Terima kasih telah menjadi teman, sahabat, kekasih, dosen, tetangga, mantan, saudara, adik, kakak, all-in-one buddies. Bahkan matras, tangga, parasut, galah, payung maupun batu loncatan...
Aku masih sangat menyayangimu Sky. Rasa sayang yang berubah bentuk dengan sangat perlahan tapi cantik. Aku sangat ingin memelukmu saat ini juga dan berkata, “Selamat berjuang, sayangku.”
Sayang, karena kamu memang selalu kusayang. Karenanya aku harap masih ada peluk erat yang biasa kamu hadirkan. Kuharap masih ada senyum manis yang menggembang dari wajahmu yang semakin lama semakin cantik.
Banyak janji-janji kita dulu, Sky. Tapi aku benar-benar berharap kamu akan mengingat janji kita yang paling aku suka. Kita akan bertemu 8 atau 10 tahun lagi, dengan keluarga masing-masing. Kamu bisa melihat betapa cantiknya anak-anakku, persis seperti mamanya. Dan aku bisa melihat kamu, kali ini, dan memperkenalkan kamu pada anak-anakku.
Hanya itu saja, sekali itu saja. Dan kehidupan akan berjalan seperti biasa. Kamu dengan kehidupanmu. Aku dengan kehidupanku. Hanya lafal doa demi kebaikan masing-masing.
Sebenarnya aku mau protes dengan bentuk kasih sayang yang baru ini. Bukan, bukan mau meminta lebih dari hubungan saudara. Kamu tahu rumah manapun selalu terbuka untukmu. Termasuk rumahku. Kamu selalu menjadi anak kesayangan Mama di rumah. Aku mau protes karena sekarang aku harus memanggilmu Kakak!
Selamat berjuang, Kak. (Cocok tidak, ya? Biasanya aku yang jadi kakaknya...)
Semoga kamu suka dengan gelar barumu!
Aku pamit dulu...
Pamit mau pacaran dulu, ya Kak!
De Angelo sudah menunggu di depan rumah ini.
3 loves:
ini bentuk cinta sejati.
gak bisa berkata, hanya menganga..
hujan, kamu kuat..
sky, terus berjuang yaa..!
-RH-
@hujan: yup, aku udah nunggu nih. kapan" boleh deh double date. Love you...
Hujan, Sky, yang sedang kalian jalani sekarang memang tidak mudah..
tapi apapun itu semoga semua bisa kalian jalani dan lalui dengan baik :)
Posting Komentar