The Sky is High

It's just a box of pieces of a puzzle about a small circle of friends. It's about the lives, the loves, and the hopes. One by one, part by part. Hung up in the sky along with prayers. Until each of them can fly higher by itself. The Sky the Rain the Rainbow the Sun the Moon. All are talking in their own way. Carving their small footsteps in the history of time. And now each of them can really fly higher by itself, and leave this house one by one...



Aku bingung, benar-benar bingung. Ini seperti segitiga tidak terputus. Terlalu banyak gelar yang disandang di bahu masing-masing. Mantan, gebetan, pacar, teman, sahabat, musuh, kawan, lawan, semua dicampur sekaligus. Dan itu membuatku pusing.

Konflik Peran.

Dan rasanya...

Sesak. Pengap. Muak.


Berhari-hari, berbulan-bulan pikiran itu menggantung di kepalaku. Hinggap. Dan seperti black widow, si laba-laba nan sexy yang menggerogoti jantannya, pikiran-pikiran itu menggerogoti kepalaku, aku.

Banyak yang terjadi, tapi sama sekali tak bisa kutuliskan. Aku payah. Aku sedang mengurai tali-tali yang membelit tubuhku dan pikiranku. Pikiranku, ya... Pikiran yang acapkali mampu membuatku teraduk-aduk dengan sempurna.

Persepsi.

Persepsi. Sempurna sekali.

Huff... Aku benar-benar menghela nafas begitu berat. Berusaha meniupkan segala rasa habis, rasa yang mengikat dan menggedor tajam, menusuk-nusuk dari dalam.

Ya Tuhan.... Apa yang telah aku lakukan selama ini?

Dewasalah!!

Akh, pikiranku kacau. Lihat bagaimana tulisanku melompat-lompat? Aku merindukan diriku yang dulu... Dulu...sekali...

Mataku yang selalu berbinar-binar, aku yang bisa tersenyum dan pergi, aku yang tersenyum, aku yang tertawa, aku yang tidak akan menangis, aku yang kuat, aku yang hebat, aku yang akan datang dan pergi sesukaku, aku yang tidak tertawa miris, aku yang tidak tertawa sambil menangis, aku yang tidak menangis, aku yang tidak menangis....

Everyone's changing... Termasuk aku...

Akh....
Tapi sekali lagi, ketika aku melihat wajah Sky yang tirus, mengurus, rambutnya yang acak-acakan, matanya yang lelah, tubuhnya yang ringkih...

Aku menangis.

Ingin memeluknya dan membenarkan rambutnya yang acak-acakan, Benar-benar ingin.
Ingin bisa berjalan bergandengan bertiga.
Sangat ingin.
Sangat ingin.
Sangat khawatir dengan keadaannya.
Kondisinya.
Dimana ia?
Baik-baik sajakah?
Sudah sampai kah di kost-an?
Sudah makankah?
Tidur cukupkah?

Seperti seorang teman yang baik.
Tapi sepertinya untuk ukuran teman, aku menuntut terlalu banyak, ya?

Aku tidak menuntut, aku hanya ingin, aku hanya khawatir.

Sama saja! Itu menuntut! Apa bedanya?

Huff....


Aku sedang mengurai tali temali yang membelitku kini. Aku menunggu. Benar-benar menunggu saat-saat kita bisa berjalan bersama lagi. Kamu. Aku. Dia. Eh, bukan... Bukan...

Hujan. Sky. Luna.

Memeluk kalian erat.
Menggandeng tangan kalian.

"Kami adalah ninja kecil...ninja kecil..."

teman.

In the living room