Jakarta,
August 21st 2010
August 21st 2010
De Angelo sayang,
Surat pertamaku berakhir ke tempat sampah, bermuara ke entahlah, mungkin ke negeri antah berantah. Tapi jangan tanya tantang rinduku. Sudah sedari tadi ia mengetuk pintu. Rinduku singgah di pucuk-pucuk randu. Cintaku sudah menggelantung, menggunung, menggembung, membuncah, seakan ruah seperti rima yang tumpah dalam butir kata-kata dalam tiap jelma tulisanku.
Suratku sekedar kertas tanpa ba-bi-bu. Ah, tak apa lah ya., coba hirup dalam-dalam, terciumkah wangi cinta yang pelan-pelan kusisipkan?
Surat pertamaku berakhir ke tempat sampah, bermuara ke entahlah, mungkin ke negeri antah berantah. Tapi jangan tanya tantang rinduku. Sudah sedari tadi ia mengetuk pintu. Rinduku singgah di pucuk-pucuk randu. Cintaku sudah menggelantung, menggunung, menggembung, membuncah, seakan ruah seperti rima yang tumpah dalam butir kata-kata dalam tiap jelma tulisanku.
Suratku sekedar kertas tanpa ba-bi-bu. Ah, tak apa lah ya., coba hirup dalam-dalam, terciumkah wangi cinta yang pelan-pelan kusisipkan?
Aku melirik tanggalan. Mengintip kearah tanggal yang sama seperti dua bulan yang lalu. Iya, sudah dua bulan sejak hari itu, sayang. Sejak hari pertama kita bertemu. Sudah dua, dua yang berlenggok malu-malu. Dua seperti angsa yang beriringan mesra. Dua seperti kamu dan aku. Dua seperti cinta yang genap jadi satu. Dua artinya sepasang. Satu pasang yang saling menggenapkan. Seperti saat tangan kita saling genggam.
Akh, klasik. Aku masih ingat caramu tersenyum saat pertama hati kita bertemu. Masih ingat bagaimana aku harus menahan jantungku agar tidak jatuh ketika kamu mengecup lembut bibirku. Di sudut bacaan anak-anak, kita berdiri menerawang spanduk hijau "Bangkit dari Terpuruk" yang selalu bisa menjadi bahan tertawaan kita. Dan di gigitan triple chocolate aku meminta tanganmu yang sedari tadi kamu sembunyikan. Dan sejak itu aku meminta hatimu, karena hatiku pun sejak saat itu telah kubungkus diam-diam, dan kuserahkan perlahan, hari itu, malam itu.
Akh, klasik. Aku masih ingat caramu tersenyum saat pertama hati kita bertemu. Masih ingat bagaimana aku harus menahan jantungku agar tidak jatuh ketika kamu mengecup lembut bibirku. Di sudut bacaan anak-anak, kita berdiri menerawang spanduk hijau "Bangkit dari Terpuruk" yang selalu bisa menjadi bahan tertawaan kita. Dan di gigitan triple chocolate aku meminta tanganmu yang sedari tadi kamu sembunyikan. Dan sejak itu aku meminta hatimu, karena hatiku pun sejak saat itu telah kubungkus diam-diam, dan kuserahkan perlahan, hari itu, malam itu.
2 loves:
semoga langgeng..
amin. terima kasih ya nay ^^
Posting Komentar