The Sky is High

It's just a box of pieces of a puzzle about a small circle of friends. It's about the lives, the loves, and the hopes. One by one, part by part. Hung up in the sky along with prayers. Until each of them can fly higher by itself. The Sky the Rain the Rainbow the Sun the Moon. All are talking in their own way. Carving their small footsteps in the history of time. And now each of them can really fly higher by itself, and leave this house one by one...


Tulisan ini berawal dari kata-kata Hujan di sms malam tadi. Menurutnya, aku harus menge-post "Syarat dan Ketentuan" jika dia ingin kembali padaku. Seperti yang pernah aku katakan padanya di hari di mana kami break-up. Karena banyak yang bertanya, dan mungkin dia mulai kewalahan menjelaskan, menurutnya tulisan ini diperlukan.

Aku sebenarnya tidak pernah berniat menge-post ini. Aku pikir ini adalah hal pribadi antara aku dan Hujan. Namun, kasihan juga dengan dia yang harus menghadapi pertanyaan orang-orang (mengingat aku lebih jarang online). Maka, pagi ini, kuketikkan kata demi kata yang mungkin tidak akan kalian suka. Kalian mungkin akan menganggap aku gila, curang, egois, atau sekedar bodoh. Tidak apa-apa. Aku akan terima semuanya. Namun, aku harap, setelah post ini, kalian mau mencoba mengerti dan berhenti meminta aku dan Hujan untuk kembali menjadi kekasih.

And the story goes...

Hari itu, ketika aku mendapati Hujan menemui orang itu, yang berarti berani melanggar laranganku meskipun telah tahu konsekuensi dari semuanya adalah putusnya hubungan kami, aku marah. Tidak. Aku murka. Aku memutuskannya dengan cara yang menurutku baik: Aku datang ke hadapannya yang terlihat sangat terkejut akan kehadiranku, lalu mengucapkan selamat tinggal. Aku tidak peduli dia mengejarku di tempat umum.

Namun, ketika akhirnya kami tiba di kamar kost, aku mengamuk. Aku mencoba menolak permohonannya dengan kata-kata yang telah diwarnai amarah. Ketika aku tidak tahan, dan dia tetap berusaha memohon, menangis, membuatku muak, aku menamparnya. Aku mendorongnya. Aku bahkan menendangnya. Aku menyakiti hati dan fisiknya. Pertama kalinya dalam hidupku, aku mengamuk dan berbuat sekasar itu pada orang lain.

Itu bukan pertama kalinya kami bertengkar. Baik karena aku, ataupun karena Hujan. Kalau kalian mengatakan aku kejam, ya. Aku kejam. Aku kejam setelah berkali-kali aku memaafkan dan memberi kesempatan baginya untuk mengakhiri segalanya. Setelah berkali-kali aku berusaha bersabar, tetapi semua terasa sia-sia. Pada detik itu, aku sungguh mengimani kata-kataku sendiri: I take no rebound. Aku benar-benar tidak ingin kembali bersamanya.

Namun, aku tipe yang tidak bisa marah berlama-lama. Setelah beberapa jam, pada malam di mana sorenya aku memutuskan dia, aku sudah memaafkannya. Dari dasar hati aku memaafkannya. Namun, untuk langsung balik? Aku pikir tidak semudah dan sesederhana itu.

Apakah aku masih mencintainya? Ya. Apakah aku ingin baikan dan balikan dengannya? Itu juga ya. Akan tetapi, aku pikir, baik dia ataupun aku tidak akan belajar apa-apa jika setiap kali hal seperti ini berulang, kami kembali lagi dan kembali lagi dengan gampang. Jika semudah itu, hal-hal serupa akan terulang lagi dan terulang lagi, mungkin hanya dengan sedikit improvisasi. Semua sakit hati akan kembali. Jujur, aku tidak siap dan belum sanggup mengulangi semua rasa sakit sampai ingin mati itu.

Perlu ada jeda. Perlu ada rasa tersiksa. Perlu ada kesempatan berpikir pun mengevaluasi segalanya. Perlu ada saat di mana masing-masing dari kami berusaha berdiri di atas kaki sendiri, dan menopang hati sendiri. Agar suatu saat, jika memang kami memutuskan untuk kembali, ataupun memulai hubungan di tempat lain dengan orang lain, kami sudah siap. Siap untuk kemungkinan sakit hati lagi. Siap untuk kemungkinan harus benar-benar berdiri sendiri. Juga siap menahan dan mengontrol diri untuk berusaha tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Aku percaya kata-kata Hujan bahwa aku yang paling dia cintai. Percaya pada kata-katanya bahwa dia tidak ingin mengulangi semua yang membuat kami sakit hati. Aku tahu, dia pun percaya bahwa aku masih mencintainya, mungkin sampai aku benar-benar mati. Namun, situasi dan kondisi terlalu pintar menjebak manusia. Dan ketika semuanya terjadi, tidak mudah menjalani janji meskipun dalam hati kita tidak ingin semua sakit itu datang lagi.

Di sisi lain, cintaku yang terlalu besar pada Hujan membuatku tidak mampu begitu saja mengacuhkan airmata dan kata maafnya. Maka, aku pun menarik kembali kata-kata "I take no rebound" itu. Meskipun demikian, keyakinanku bahwa perlu ada konsekuensi besar untuk belajar dan siap menghadapi sesuatu yang besar pula membuatku memberikan syarat yang sangat sulit bagi Hujan.

Okay, People, here are the terms and conditions...

1. Aku ingin mencoba menjalin hubungan dengan orang lain. Aku ingin coba menjalin hubungan dengan orang lain yang katanya juga mencintai aku, dan melihat apakah dia akan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Hujan. Apakah cinta memang berarti terbukanya kemungkinan untuk sedemikian tertarik dengan orang lain hingga bisa melakukan tindakan menyakiti orang yang dicintai berulang kali.

2. Jika setelah aku memiliki pacar baru Hujan mau kembali, besar kemungkinan aku akan menerimanya. Namun, sebelum aku memiliki pacar lagi, dia tidak boleh kembali.

Syarat itu memang sulit. Beberapa orang mungkin merasa semua ini adalah tindakan balas dendam. Kalian boleh menyebutnya begitu. Namun, menurutku ini lebih merupakan konsekuensi dan pembelajaran. Tidak mudah bagi Hujan membiarkan dirinya diduakan oleh orang yang sangat dia cintai, dan aku ingin dia mengetahui rasanya. Kenapa? Bukan karena aku ingin menyakiti, melainkan agar dia berpikir beribu-ribu kali ketika akan mengulangi semuanya, bahkan jika ketika itu kekasihnya bukan lagi aku.

Hal lain yang membuat syarat itu makin sulit adalah, bagaimana caranya menemukan orang yang mencintaiku, tetapi mau saja diduakan jika Hujan ingin kembali? Yah, kemungkinan tidak menemukan orang seperti itu membuat aku dan Hujan berusaha untuk move on:,bersiap menjalani hidup sendiri-sendiri, tidak sebagai kekasih, untuk waktu yang lama.

Apa? Sudahkah kalian menganggapku kejam, curang, dan egois? Nah, kalau kalian sudah mengerti, atau setidaknya sudah tahu, tolong, berhenti meminta kami balik lagi. Kalau kami kembali menjadi kekasih hanya karena permintaan orang lain, itu artinya kami tidak saling mencintai. Itu artinya aku dan Hujan tidak saling menghormati dan menghargai usaha satu sama lain untuk bangkit dan move on.


So, would you please have some respect on our decision...?


January 28th, 2010
10.47 A.M.


banyak yang bertanya mengapa kata-kata putus tidak dapat dicabut, mengapa aku tidak kembali lagi bersama Sky. dan aku sangat menghargainya. terima kasih.


namun, mungkin lukanya belum mengering, entahlah. kali ini lukanya mungkin begitu dalam, begitu menyakitkan. bahkan luka bekas saat aku menggores tangan kiriku belum juga hilang, apalagi luka di hatinya? aku tidak tahu.

jawaban untuk pertanyaan diatas akan mudah sekaligus sulit bagiku.
"Jika aku bisa kembali saat itu juga, aku pasti rela berlutut di bawah kakinya untuk kembali"

waktu berlalu... aku masih bertanya apakah aku masih diberikan kesempatan untuk kembali.

dia menggeleng. "i take no rebound", jawabnya tegas.
aku lemas.

tapi dia memberikan aku kesempatan untuk berubah.

dengan cara?

We break up.

Putus

***

Kalian mau dengar ceritaku?

Aku akan membagi rahasiaku.

Apa masalah terberatku?

aku sangat suka di cintai, di perhatikan, di sayangi.

prinsip aku waktu itu : "don't let them down"

jadi, siapapun yang mencoba mendekati aku, aku akan bersikap seolah aku memberikan harapan kepada meraka, dan apa yang mereka lakukan tidak akan membuat marah siapapun, like everything is alright and normal.

dulu justru lebih parah lagi.
my first love is my first boyfriend. since we break up (sebenarnya masih gantung karena dia "menghilang"), aku tidak dapat menemukan sosok yang 'lebih' dari dia. Because for me, He is perfect. Too Perfect. Kayaknya dia sangat meat tagged deh. Dan, karena aku dan dia, saling mencintai.

Skip gimana ceritanya cowok aku bisa 'menghilang'. Intinya dia pergi dan kami lost contact.

Sejak itulah semuanya dimulai.

Mencari penggantinya. Yang seharusnya 'lebih' dari dia. Ya... I give them hope.
Aku berikan kesempatan kepada orang2 itu untuk mengenalku. Tapi aku tetap mengenakan topeng yang tidak ada satupun diantara mereka yang tahu. Mereka hanya tahu (mungkin) aku suka mereka, mengungkapkannya secara eksplisit. Aku suka kamu. Sayang kamu.

dan dengan santainya aku bilang. Thank you, sayang kamu juga. Sebatas kalimat. Sebatas klise. Sebatas sms.

Dan di akhir semua kisahku. I let them down. Di tengah kebimbangan aku yang tidak bisa mendekatkan hatiku pada mereka, aku menjauh dari mereka. Tanpa mereka tahu kenapa. Pokoknya aku hancurkan hubungan itu. Sisanya, sakit hati di sisi mereka.

Aku mulai berpikir. Aku nggak akan membiarkan mereka sakit hati. Maka aku pelan2 mengobati sakit hati mereka dengan menjadi teman yang baik, menayakan kabar mereka ataupun menanyakan apakah mereka sudah mempunyai pacar baru atau belum.

Terus berulang. Belasan nama sudah bisa kutulis di dalam list.

Sampai aku menemukan Sky.

Sky bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa awalnya. Kami berkenalan di awal pertemuan mahasiswa baru. Bersalaman, dan duduk di lingkaran cowok-cowok sementara yang lain duduk berbasa-basi dengan kelompok cewek.

Seingatku hanya kami berdua yang duduk di lingkaran cowok.

She is attractive.

Tidak ada yang intens dari pertemuan kami selain aku bisa menceritakan kalau aku sangat mencintai lelaki pertamaku. Kemudia berlanjut hungga kami sama-sama tahu kalau kami berdua menyukai puisi. Diantara latihan paduan suara, kami mulai saling mengirim puisi, meski hanya puisi biasa, tapi jelas aku suka pilihan kata-katanya.

Ketertarikanku hanya sebatas melihatnya yang luar biasa keren. Dia jago menulis. Nilai A tersenyum dibalik kertas nilainya. Dia karismatik. Dia berbakat. A+ for her.

Dan dia ganteng.

Berbulan2 dia mengucapkan kata suka, sayang, cinta dan aku hanya mengiyakan.
Tapi lama kelamaan aku luluh. Aku mulai merasakan rasa sayangnya yang begitu besar.
Meskipun masih mati2an menganggap dia laki-laki, lama kelamaan aku menyukai karakter perempuan dalam dirinya.

tuturnya, sifatnya, dan... lembut bibirnya.

meskipun demikian, mantan-mantanku masih bisa menghubungiku sekedar untuk menyapa dan bilang sayang. dan aku menanggapinya dengan tawa singkatku. beberapa laki-laki yang menurutku menarik, masih hadir dalam hubunganku dengannya.

sampai datang perempuan ini. perempuan yang baru kutemui hasil Gay-Dar ku yang berbunyi beep-beep dan berkenalan dengannya, membuat hubunganku dan Sky, hancur... tidak bisa dipertahankan lagi.

Hancur berkeping karena aku.

Lagi.

Mungkin ini adalah karma, kutukan buatku.
Padahal aku tidak percaya karma.

Padahal aku tidak pernah 'dilukai'
dan sekarang rasanya aku terluka.

Menyadari betapa besar cintaku padanya.

Menyadari kesalahan terbesarku.

Tapi penyesalan selalu datang terlambat, bukan?

Aku hanya ingin bisa lebih baik dan lebih baik lagi.

"Keledai tidak akan jatuh di lubang yang sama"
karena aku manusia, aku bisa jatuh di lubang yang sama.


yang kulakukan hanyalah memperbaiki lubang itu agar tidak ada orang lain yang jatuh ke lubang itu.






Aku hanya ingin mensyukuri satu hal.
Enam belas bulan kami masih bersama.

Terima kasih.

Happy 16th monthliversary, Dear


Enam belas.

Aku tahu kita bukan sepasang kekasih lagi. Namun, seperti yang pernah kamu katakan, semua monthliversary ini bukan tentang berapa lama kita berstatus pacar, melainkan berapa lama kita bersama dan bertahan. Maka, pagi ini kutulis semua ini untukmu, Hujan. Untuk berterima kasih padamu.

Terima kasih untuk bertahan di sampingku. Dalam susah dan senang. Dalam tawa dan amarah. Dalam dekap. Pun setelah kita saling melepaskannya.

Aku bisa senyum-senyum sendiri, marah, bahkan menitikkan airmata jika me-review semua yang telah kita jalani selama enam belas bulan ini. Begitu berwarna. Begitu berfluktuasi. Kita sudah pernah menjadi sekedar teman yang senang flirting dengan segala hadiah dan sms gombal. Pernah pula menjadi kekasih yang lebih rekat daripada apapun. Pernah menjadi musuh setiap kali marah dan bertengkar. Pernah menjadi rival setiap mama kamu membangga-banggakan aku dan membandingkanmu denganku. Pernah menjadi all in one buddies...yang kamu tahu artinya apa... Hahahaha.

Banyak orang yang terlibat dalam perjalanan kita. Lingkar Bianglala tentu saja yang terdekat. Terima kasih untuk Arco, Luna, bahkan Dimii untuk semuanya. Tanpa mereka pengembaraan kita dalam kehidupan akan lebih hitam putih dan membosankan. Ada juga Abang Arie yang menjadi salah satu tempat konsultasi kita. Juno, Libra, dan Aries yang pernah kita temui bersama. SepociKopi, kedai di mana kita sering berefleksi. Kawan-kawan Lingkar yang tetap membaca meski tidak selalu meninggalkan jejak. Teman-teman kampus yang, meskipun pasti tetap bertanya-tanya dalam hatinya, mau menerima penjelasan bahwa kita hanya sahabat yang terlalu lekat. Orang-orang lain yang sibuk menggosipkan kita di belakang. Bahkan mereka yang membuatku bertengkar...hingga akhirnya melepasmu...

Banyak yang berperan dalam perjalanan kita, Rain-Dear. Dan aku mensyukuri semuanya. Ya. Semuanya. Bahkan dia yang membuatku murka dan kondisi kita sekarang. Aku mensyukuri semuanya. Bukan karena aku bahagia kehilanganmu. Sama sekali bukan. Aku bersyukur karena mereka menciptakan kesempatan demi kesempatan bagi kita untuk belajar mengenai banyak hal. Kesempatan untuk menjadi lebih sabar. Menjadi lebih kuat. Juga kesempatan untuk berpikir. Serta kesempatan untuk berhenti sejenak, mengambil nafas, lalu kembali berjalan. Selalu berusaha bersyukur atas segalanya.


Sesulit apapun, tetap berusaha percaya bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik.


Happy 16th Monthliversary, Rain-Dear...
Happy for 16 months of our staying side by side going through the hard life and the world.

I'm here, praying for the best. For you. For me.



January 27th, 2010
9.57


lipstik rasa coklat -mau coba?-

parfum strawberry -yang manis dan seringkali dikerubungi lebah-

topi hadiah ulang tahun yang ke 19 -yang aku cari-cari walaupun aku lagi sakit-

rectoverso -the one and only buku yang tiba-tiba kutemukan dan sreg di hati-

jukstaposisi -sebuah hadiah yang luar biasa-


sekotak coklat -yang tiba-tiba aku kasih ke kamu-

kalung setengah -yang akhirnya kamu ilangin di Bali-

lampu tidur doraemon -setelah aku jalan sama oknum R-

gantungan kunci doraemon -waktu kita lagi berantem-

snowglobe -yang sekarang pecah-

sebuah lukisan yang kamu gambar -hadiah ulang tahun, gambar aku-

dasi -untuk kamu biar ganteng-

kemeja untuk aku

gelas kucing sepasang -yang belum pernah dipakai-

bayi-bayi ham-ham








dan ya, cinta kita.

dimasukkan ke dalam kotak. di simpan. selamanya.


Sebentar lagi aku akan pindah. Sebentar lagi aku akan mencoba memulai segalanya dengan berbeda. Sungguh suatu kebetulan yang aneh. Kepindahanku dari kost-an lama sebenarnya telah direncanakan sejak berbulan-bulan yang lalu. Namun, pelaksanaannya baru akan dilakukan sebentar lagi. Setelah aku dan Hujan putus. Seolah ini adalah sebuah seremoni, sebuah pengubahan kondisi, yang disengaja dan dikarenakan oleh putusnya hubungan kami sebagai sepasang kekasih. Padahal tidak demikian.

Tidak lama lagi aku akan meninggalkan tempat itu. Tempat yang menjadi kamarku sejak aku meninggalkan kampung halaman demi mengejar pendidikan yang lebih tinggi di kota orang. Kamar dengan tempat tidur di mana aku dan Hujan pernah berbaring berdua untuk pertama kalinya; sebuah penanda dimulainya hubungan kami. Kamar di mana aku dan Hujan telah saling memberikan ciuman pertama kami; sesuatu yang tidak mungkin ditarik atau diminta kembali. Kamar di mana kami pernah saling memeluk tanpa sehelai benang pun menghalangi...


Di tempat itu pula aku melalui banyak hal yang tidak hanya terjadi satu dua kali bersama Hujan. Di sanalah kami pernah bersama menikmati makanan atau coklat yang kami buat bersama. Dalam kamar dengan dinding warna pastel itu kami pernah bertukar mimpi dan cerita. Di antara dinding dan lantainya yang dingin kami pernah bertukar senyum, tawa, cemas, takut, sedih, bahkan amarah yang berapi-api. Di kamar itu Hujan pernah melayangkan tangannya ke wajahku, dan aku pernah pula membalasnya, bahkan dengan lebih kasar. Di sana pula kami pernah berlomba bunuh diri; berlomba mencoba dan berlomba mencegah. Entah berapa kali aku atau dia marah dan menangis hingga collapse tak sadarkan diri. Beberapa kali, aku bahkan tidak ingat bahwa semua itu terjadi.


Di sana kami saling mengikat benang merah, dan di sana pula akhirnya kami melepasnya. Sebentar lagi, semua itu harus ditinggalkan di belakang. Bukan untuk dilupakan, namun untuk dapat move on dalam kehidupan. Seperti barang-barang yang telah aku masukkan dalam kardus pindahan, semua yang pernah terjadi di sana akan kami buka dan kami kenang lagi suatu saat nanti. Untuk refleksi diri. Untuk introspeksi. Untuk belajar. Tentang hubungan, tentang perasaan, tentang kehidupan.


Hujan akhirnya diizinkan untuk tinggal di rumah kost. Sebentar lagi kami akan bersama tinggal di sebuah tempat baru. Tidak seperti yang dulu pernah kubayangkan, saat semua itu bisa terjadi, kami tidak sekamar dan kami bukan lagi pacar. Namun, tetap kuyakinkan diriku dan dirinya bahwa semuanya akan menjadi baik dan lebih baik.


Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Mungkin semua perubahan ini adalah awal dari sebuah perjalanan baru dalam rel kehidupan. A bright new start. Aku harap benar begitu. Berharap dengan semua perubahan ini, segalanya benar-benar dapat menjadi lebih baik.


Hey, Rain-Dear, don’t worry, okay?

You know that I still love you, right?


It’s maybe just the time when we can learn and experience the true meaning of those words, You don’t have to own someone to love her.And,If you really love her, then you have to be able to let her go.


Let’s learn how to love someone unconditionally. Slowly. But sure. Together. In our own track. Would you?



January 20th, 2010

6.10 P.M.

110 Posts, last published on Jan 11, 2010


dan kami...

putus.


Sakitnya hati...


Yang baru saja ku pungut kembali...


Yang dia bantu belai kembali...



Dijatuhkan lagi...



(Kapan kamu baru bisa sadar, Dear...? Bahwa lukaku butuh waktu yang cukup lama untuk mengering...)




January 8th, 2010
2.01 P.M.


sekarang, masing-masing dari kami membuat defense mechanism yang super kuat. defense mechanism yang luar biasa. dia baru saja melahirkan anak, alter ego namanya.

kenalkan, alter ego dengan berbagai nama, berbagai wajah.
kenali ia sebagai alter ego, bukan sebagai id.

Alter Ego, second self...
watch 'em out

how is your alter ego?


Dear my Rain,

Aku tahu. Aku mengerti. Bahwa kamu butuh sebuah seremoni untuk setiap orang yang akan kamu lepaskan. Entah itu teman. Sahabat. Orang yang telah begitu baik kepadamu. Fans. Apalagi orang yang menyayangi atau kamu sayangi. Aku tahu. Aku mengerti. Maka aku berusaha memberi waktu. Memberi kesempatan. Bahkan setelah berkali-kali, mungkin tanpa sengaja, kau jatuhkan hatiku hingga pecah.

Aku tahu. Aku mengerti. Kerut tipis di gurat wajahmu dan kata-katamu berarti apa. Kau tak perlu mengatakannya secara langsung. Aku tahu apa yang kamu mau. Mungkin aku memang mulai menjadi psychic sehingga aku bisa membaca pikiranmu. Dan tak akan bisa kutepikan inginmu. Tak akan bisa kuacuhkan perihmu menahan ingin. Ku penuhi maumu. Bahkan ku suarakan asamu yang tak terkata. Lewat pita suaraku yang berusaha tegar. Meski sakit meremas-remas dada jadi sembilan ratus enam puluh tiga remah.

Ku temani kau ke tempat itu. Kuturuti asamu untuk makan di sana. Kumengerti dan kuberikan kau kata "Ayo," dan "Iya" untuk naik melalui eskalator yang akan membuatmu dapat melihatnya, bukan yang ingin kunaiki. Lagu Kotak Pelan-Pelan Saja seolah menjadi mars yang kuteriakkan bersama hatiku ketika kau tidak bisa tidak menoleh ke arahnya, bahkan mencari alasan untuk itu. Pura-pura tidak tahu. Padahal remah hati yang tersisa di dada sudah jauh lebih dari cukup untuk memberi tahu apa yang tak ingin aku tahu.

Kuberikan sebuah waktu. Kupersembahkan satu kesempatan. Bagimu. Membuat sebuah seremoni pelepasan. Untuknya. Ku silakan kau berbincang dengannya dalam waktu yang terasa menyiksa dan selamanya. Kusibukkan diriku dengan seorang teman di telepon agar aku bisa menahan diri untuk tidak mengganggumu. Setelah sekian waktu kamu akhirnya kembali dengan senyum yang begitu penuh dengan rasa terima kasih, ku berikan moment untukmu menerbangkan pesawat kertas itu. Pesawat kertas yang kau lipat sepenuh hati, kau tulisi "good bye", dan kau jadikan sebuah simbolisasi melepas dia dari hatimu.

Kita terbangkan setelah kita tertawa panik, nyaris benar-benar terkunci di tangga darurat. Jatuh di parkiran karena angin yang nakal dan kau yang melemparnya dengan cara yang menurutku salah. Dan kita tertawa. Dan tangan kita kembali saling genggam. Berusaha kabur dan tidak peduli pada pak satpam yang sepertinya bingung kenapa ada dua orang gadis berpelukan di parkiran lantai satu mall yang dijaganya.


Aku pikir semuanya selesai. Benar-benar berpikir semua itu cukup. Tapi ternyata aku salah.


Malam tadi, setelah aku kembali jauh darimu, setelah aku berusaha menerima dan bicara baik-baik tentang dia, tentang kamu, tentang aku, dan tentang perasaan masing-masing dari kita, aku dan kamu kembali bertengkar hebat di telepon. Karena inginmu. Karena realita yang sebenarnya kamu inginkan tapi belum kamu katakan. Karena katamu kamu sebenarnya ingin datang menemuinya sampai hari terakhir dia kerja di sana. Itu sebenarnya bentuk seremoni mu untuknya. Bahkan aku semakin membara dan luluh lantak ketika kau bilang sebenarnya kau ingin satu hariiiiii saja. Satu hariiiii saja. Untuk jalan berdua dengannya.

...

...

...

Hujanku, Dear... Apa yang sebenarnya kamu mau dariku? Tidak cukupkah sakit yang setengah mati aku tahan demi seremoni besarmu untuk melepasnya? Jika telah kau terbangkan, tak peduli jatuh di mana, kenapa kau ingin kembali dan mencari dan mengambil pesawat itu lagi? Sekarang kau tahu dia pun telah sakit melihatmu menggandengku. Apalagi yang kau mau? Mengapa aku merasa, sedikit demi sedikit kau meminta lebih dan lebih dan lebih lagi waktu, kesempatan untuk bersamanya, kau labeli "ceremonial", saat kau sudah bilang memilih aku dan mau melepasnya? Seolah sebenarnya kau belum rela...dan ingin dia... Jika benar, kenapa tidak lepas aku saja??? Padahal telah ku ulang dan ku ulang lagi mengatakan aku akan berusaha kuat, berusaha ikhlas, kalau kau memilih dia, melepas aku, daripada menyakiti kita bertiga.

Itu sekedar keinginan, katamu. Tidak akan kau realisasikan. Aku percaya. Tidak akan kau realisasikan jika tidak aku izinkan. Hanya keinginan. Tapi mana ada keinginanmu, bahkan yang menyakitiku sekalipun, yang tidak berusaha aku penuhi? Jika benar-benar mau kau jadikan sekedar ingin saja, kenapa tidak kau simpan sendiri? Kenapa harus kau angkat saat aku berusaha berkomunikasi pelan-pelan, baik-baik, denganmu? Tampaknya kau memang tidak mengerti bedanya...antara yang perlu kau katakan, dan yang harus kau simpan sendiri untuk menghindari bertambahnya sakitku...

Dan pertanyaan terbesarku sejak semalam hanya satu...



Kenapa dia?

Kenapa harus orang yang sms-an, fb-an, telepon2-an denganmu selama sembilan hari itu yang mau kau berikan seremoni terbesar dan terlama???

Sementara orang lain, teman-teman tiga tahunmu, delapan tahunmu, bertahun-tahunmu, cukup dengan seremoni sekedar berisi peluk dan tangis dan kata bye saja...



Jika dia memang begitu berarti bagimu lebih dari mereka, ku mohon berhentilah menyakiti aku, dirimu sendiri, dan dia. Kau tahu apa yang harus kau pilih.




Dalam kekecewaan dan sakit
yang masih teramat dalam menggigit,
Sky



January 7th, 2010
10.42 A.M.


Tiga batang...

Habis menunggumu...

Asaku...

Hatiku...

Hilang...

Patah...

Hancur...


Musnah.




January 5th, 2010

00.18 P.M.

Teman-teman pembaca Lingkar Bianglala yang baik,

Sehubungan dengan telah terlewatinya angka 5000 dikunjunginya blog kami,

Kami, para penulis Lingkar Bianglala, dengan ini mengundang teman-teman pembaca dalam acara syukuran kami di


Depok Fantasi Waterpark
Minggu pertama atau kedua Februari 2010
HTM weekend Rp40.000,00


Hmm...kenapa di sana? Yah, karena semua penulis Lingkar Bianglala juga belum pernah ke sana..."^_^)>. Lagipula, sepertinya tempatnya cukup menyenangkan. Harga tiketnya pun relatif murah.

Kalau ada yang berminat mencari tahu tentang tempat tersebut, silakan bertanya pada Oom Google, atau buka


http://rionih.wordpress.com/2009/01/19/depok-fantasi-water-park/:

(Itu link berisi informasi mengenai Depok Fantasi Waterpark yang saya temukan setelah bertanya pada Oom Google...^_^)


So anyway...ada yang mau ikut?



January 3rd, 2010
11.23 P.M.


Teman-teman pembaca Lingkar Bianglala yang baik,


Semua yang telah meninggalkan jejak di kolom komentar...


Maupun yang menjadi silent reader...


Melalui post ini,


Saya, mewakili segenap penulis Lingkar Bianglala, ingin mengucapkan...





Terima Kasih Banyak...\(^_^)/!!!!!!

....Arigatou; Danke; Thank you; Gracias....


Karena berkat teman-teman semua, hingga hari ini, Lingkar telah dikunjungi lebih dari 5000 kali...

Terima kasih yang tidak kalah besarnya saya sampaikan kepada semua penulis Lingkar, baik yang telah pergi maupun yang masih bertahan; baik yang sering menulis maupun masih berusaha mengumpulkan mood untuk menuangkan isi pikirannya. Terima kasih, Kawan-kawan, tanpa kalian semua, rumah ini hanya akan menjadi sebidang lahan kosong tak berpenghuni.

Semoga kami bisa terus menulis dan menjadikan rumah ini semakin besar, indah, dan ramai.


My Best Regards,
Sky,

January 3rd 2009
10.14 A.M.


P.s.: Hm...bisa bikin syukuran, nggak, ya...?

In the living room