Tidak lama lagi aku akan meninggalkan tempat itu. Tempat yang menjadi kamarku sejak aku meninggalkan kampung halaman demi mengejar pendidikan yang lebih tinggi di kota orang. Kamar dengan tempat tidur di mana aku dan Hujan pernah berbaring berdua untuk pertama kalinya; sebuah penanda dimulainya hubungan kami. Kamar di mana aku dan Hujan telah saling memberikan ciuman pertama kami; sesuatu yang tidak mungkin ditarik atau diminta kembali. Kamar di mana kami pernah saling memeluk tanpa sehelai benang pun menghalangi...
Di tempat itu pula aku melalui banyak hal yang tidak hanya terjadi satu dua kali bersama Hujan. Di sanalah kami pernah bersama menikmati makanan atau coklat yang kami buat bersama. Dalam kamar dengan dinding warna pastel itu kami pernah bertukar mimpi dan cerita. Di antara dinding dan lantainya yang dingin kami pernah bertukar senyum, tawa, cemas, takut, sedih, bahkan amarah yang berapi-api. Di kamar itu Hujan pernah melayangkan tangannya ke wajahku, dan aku pernah pula membalasnya, bahkan dengan lebih kasar. Di sana pula kami pernah berlomba bunuh diri; berlomba mencoba dan berlomba mencegah. Entah berapa kali aku atau dia marah dan menangis hingga collapse tak sadarkan diri. Beberapa kali, aku bahkan tidak ingat bahwa semua itu terjadi.
Di sana kami saling mengikat benang merah, dan di sana pula akhirnya kami melepasnya. Sebentar lagi, semua itu harus ditinggalkan di belakang. Bukan untuk dilupakan, namun untuk dapat move on dalam kehidupan. Seperti barang-barang yang telah aku masukkan dalam kardus pindahan, semua yang pernah terjadi di sana akan kami buka dan kami kenang lagi suatu saat nanti. Untuk refleksi diri. Untuk introspeksi. Untuk belajar. Tentang hubungan, tentang perasaan, tentang kehidupan.
Hujan akhirnya diizinkan untuk tinggal di rumah kost. Sebentar lagi kami akan bersama tinggal di sebuah tempat baru. Tidak seperti yang dulu pernah kubayangkan, saat semua itu bisa terjadi, kami tidak sekamar dan kami bukan lagi pacar. Namun, tetap kuyakinkan diriku dan dirinya bahwa semuanya akan menjadi baik dan lebih baik.
Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Mungkin semua perubahan ini adalah awal dari sebuah perjalanan baru dalam rel kehidupan. A bright new start. Aku harap benar begitu. Berharap dengan semua perubahan ini, segalanya benar-benar dapat menjadi lebih baik.
Hey, Rain-Dear, don’t worry, okay?
You know that I still love you, right?
It’s maybe just the time when we can learn and experience the true meaning of those words, “You don’t have to own someone to love her.” And, “If you really love her, then you have to be able to let her go.”
Let’s learn how to love someone unconditionally. Slowly. But sure. Together. In our own track. Would you?
January 20th, 2010
6.10 P.M.
6 loves:
hiks, berkaca-kaca membacanya..
knapa masih harus mengatakan putus kalo kata-kata cinta masih terpampang hingga semua orang bisa melihatnya??
jika kesempatan kedua sudah diberikan, knpa gak ada kesempatan ketiga?keempat?kelima?
knapa saling memunggungi kalau masih ingin berpeluk rengkuh??
Jika berjalan bersama lebih baik mengapa harus memilih berjalan sendiri? Bukankah ada seseorang yang menemani lebih baik daripada sendiri?
Hey, kamu dan kamu...
Tidak ada yg dapat menggantikan posisimu. Jadi kenapa harus mencari yang baru??
Best regards,
Ligx
Kost baru untuk lembaran yang baru ya, sky !
Biar udah nggak pacaran tapi yang akur ya...!
Hehehehe....
Jangan tampar menampar lagi, ngeri ..bacanya !
-Iheng-
2 is better than 1...
semoga kata putus itu bisa dicabut kembali...
a-Rhea
aku nangis baca ini (maaf,ya)
aku cinta kamu, kamu juga tau, kan?
kamar kita, rumah kita.
aku rindu.
merinding bacanya...tersentuh membacanya...jadi mengingatkan dengan seseorang...keep move on yah...semua hal yang diawali dengan niat yang baik dan tujuan yang baik, pasti akan berbuah baik pula..walaupun tetap harus melalui proses yang pahit..
`AA`
@ LigX: Karena semuanya terlalu menyakitkan untuk tidak terus saling menyakiti... Karena kesempatan yang diberikan kepada satu sama lain pun dah lebih dari sekedar tiga, empat, atau lima... Karena berjalan bersama bukan berarti harus selalu saling genggam dan peluk erat hingga sulit bernafas... Karena semua ini dibutuhkan untuk kembali berpikir, menjadi lebih sabar, dan lebih kuat menghadapi kehidupan yang menunggu di depan...
@ Iheng: Aaamiiin...thx, ya...^_^)
@ A-Rhea: We're trying to be consistent, my Friend. Setidaknya sampai kami telah selesai berpikir dan lebih kuat. Mencabut kembali semuanya berarti menyia-nyiakan semua airmata, sakit, dan usaha keras untuk bangkit yang selama ini telah lahir... Dan bagi aku, itu namanya mempermainkan Hujan.
@ Hujan: I know, Rain-Dear. Sebelum benar2 pindah, kita nginap di sana lagi, ya.
@ Aa: Moving on...in progress...^_^)
@ Lin: ..."^_^)>
Posting Komentar