Aku tidak tahu harus mulai cerita dari mana...
Mungkin dari kejadian tadi malam saja...
Setelah lama tidak bisa bersantai karena bertumpuknya tugas dan urusan kepanitiaan, akhirnya aku dan Hujan punya waktu untuk jalan-jalan berdua lagi tadi malam. Kami pergi ke sebuah fotobox kecil di mall, makan, dan pulang, dengan rencana menonton dvd August Rush bersama di laptop.
Namun, setelah Hujan selesai mandi dan kami sudah menyalakan laptop, bersiap nonton, aku hanya bisa bengong... Plastik berisi kepingan dvd yang belum aku tonton sama sekali hilang... Aku selalu meletakkannya di rak buku dan tidak membawanya ke mana-mana. Jadi, harusnya sekarang semua dvd itu ada di sana. Akan tetapi, pada kenyataannya, tidak satupun dari kepingan itu meninggalkan jejak di sana...
Hujan dan aku sama-sama bingung. Dan kesal, tentu saja. Sebab, selain berkeping-keping dvd yang belum ditonton, di plastik yang raib itu juga ada beberapa keping dvd pesanan orang yang dikembalikan karena ternyata salah film dan dua judul dvd titipan Abang Arie Gere yang belum sempat aku kirim hingga hari ini. Kesal. Sangat. Terutama karena semua dvd itu sengaja aku beli di tempat yang jauh karena sulit ditemukan di tempat lain.
Kekesalan itu langsung kami tujukan ke teman sekamarku yang sudah beberapa hari tidak pernah terlihat di kost-an. Tuduhan itu didasari oleh beberapa alasan. Satu, yang memegang kunci kamar hanya aku dan dia. Dengan demikian, tidak ada orang lain yang bisa memindahkan barang-barang di kamar kami kecuali aku dan dia. Hujan juga tidak pernah menyentuh plastik dvd itu sama sekali. Dua, ada satu atau dua judul dvd yang tergeletak di rak dan bukan di dalam plastik, tapi dvd itu juga ikut raib. Oleh karena itu aku berhipotesis bahwa dvd itu memang sengaja diambil, bukan tidak sengaja terbawa sebab jika terbawa tanpa sengaja, satu atau dua judul yang bukan di dalam plastik itu tentu akan tertinggal. Tiga, beberapa minggu yang lalu dia pernah meminta tolong aku membeli sejumlah judul dvd (yang hingga kini belum dibayar) dan plastik dvd punya dia yang sebelumnya ada di rak yang sama juga tidak ada. Namun, saat ditelepon oleh Hujan, dia mengaku tidak tahu tentang dvd ku meskipun dia memang mengaku membawa pulang punyanya.
Aku kesal. Kesal sekali. Hujan apalagi. Bukan hanya karena masalah dvd itu.
Beberapa waktu yang lalu, teman sekamarku pernah menangis, mengaku dompetnya hilang. Katanya, semua atm, ktp, dan uangnya yang tersisa ada dalam dompet itu. Lalu, dia juga sempat meminta nomor rekening aku dengan alasan abangnya mau mengirim uang dan dari rekening abangnya, tidak bisa mengirim ke bank tempat rekeningnya berada. Namun, malam tadi, Hujan menunjukkan padaku bahwa dua buah dompet si teman ternyata ada di kamar, baik-baik saja, meskipun sama sekali tidak berisi uang. Hujan tahu karena sempat melihat ketika mau mengambil sebuah cincin yang pernah dia titipkan ke teman itu. Kalaupun benar dia kehilangan dompet lain yang bukan salah satu dari kedua dompet tersebut, lantas kenapa ktp Jakarta yang katanya hilang masih ada dalam dompet?
Selain itu, di dalam dompet yang ditunjukkan Hujan, sebelum dikembalikan lagi ke tempatnya, terdapat dua buah kartu atm, dan salah satunya berasal dari bank yang sama dengan bank tempat rekeningku berada. Lalu, kenapa dia harus meminta nomor rekeningku jika abangnya mau mengirim uang? Hingga hari ini, uang yang sudah aku pinjamkan padanya, yang tadinya akan diganti dengan kiriman dari abangnya itu, belum masuk ke rekeningku...
Kecurigaan kami terhadap keanehan teman sekamarku sebenarnya telah tumbuh sejak beberapa bulan yang lalu. Aku sekamar dengannya sejak sekitar bulan Juni, setelah teman sekamarku yang terdahulu pindah ke kost-an yang lebih dekat dengan letak fakultasnya. Sekitar satu-dua bulan setelah kami tinggal sekamar, aku dan Hujan sempat beberapa kali kehilangan uang, baik yang tersimpan rapi di dalam dompet, maupun yang ditabung pada celengan plastik di dalam lemari pakaian. Namun, kami mencoba menjauhkan prasangka buruk karena sama sekali tidak memiliki bukti.
Namun, malam ini, I've had it. Setelah Hujan menunjukkan dompet si teman sekamar yang katanya hilang tetapi nyatanya ada, kami memeriksa beberapa barang milik si teman yang ada di dalam kamar. Apa yang kami temukan? Tiga lembar gambar yang sengaja aku buat untuk Hujan dan tadinya ada di dalam binder yang Hujan pakai semester lalu ternyata malah kami temukan di dalam binder-nya! Sebuah sketch book berisi gambar yang kubuat dengan pensil arang dan tadinya akan diikutsertakan dalam lomba, ternyata ada di dalam ranselnya yang lain! Mengambil uang sih masih masuk di akal. Akan tetapi, bahkan kertas berisi gambar, pun? Sebenarnya orang itu kenapa, sih?
Sayangnya, aku merasa tidak bisa berkonfrontasi dengannya secara langsung. Rasanya, tidak mungkin dia tidak sadar akan hubunganku dengan Hujan. Mungkin dia hanya pura-pura tidak tahu saja. Well, jika binder Hujan yang terselip rapi di rak buku pun bisa dibuka dan diambil isinya, besar kemungkinan bahwa jurnalku dan buku yang aku tulisi bersama Hujan pun telah dia baca, kan???
Aku kesal sekali. Hujan apalagi. Hanya ada satu hal yang ingin aku lakukan saat ini. Aku sudah memutuskan. Aku ingin pindah kost-an!
Aku sudah lama ingin pindah sebenarnya. Bukan karena aku tidak nyaman dengan kost-an yang sekarang. Aku nyaman. Nyaman sekali malah. Seandainya tidak ada masalah apa-apa, aku tidak ingin pindah. Namun, aku tidak mau lagi tergantung dengan adanya teman sekamar atau tidak (mengingat kost-an ku yang sekarang memang harus sekamar berdua), sedangkan kami tidak mampu membujuk mamanya Hujan untuk mengijinkannya kost denganku di tempat itu.
So far, ada satu kamar kosong di kost-an Luna. Mungkin aku akan pindah ke situ. Mungkin. Au harus mendapat persetujuan dari keluarga dulu. Padahal, itulah yang paling sulit dari persiapan kepindahanku...
November 17th-19th, 2009
Mungkin dari kejadian tadi malam saja...
Setelah lama tidak bisa bersantai karena bertumpuknya tugas dan urusan kepanitiaan, akhirnya aku dan Hujan punya waktu untuk jalan-jalan berdua lagi tadi malam. Kami pergi ke sebuah fotobox kecil di mall, makan, dan pulang, dengan rencana menonton dvd August Rush bersama di laptop.
Namun, setelah Hujan selesai mandi dan kami sudah menyalakan laptop, bersiap nonton, aku hanya bisa bengong... Plastik berisi kepingan dvd yang belum aku tonton sama sekali hilang... Aku selalu meletakkannya di rak buku dan tidak membawanya ke mana-mana. Jadi, harusnya sekarang semua dvd itu ada di sana. Akan tetapi, pada kenyataannya, tidak satupun dari kepingan itu meninggalkan jejak di sana...
Hujan dan aku sama-sama bingung. Dan kesal, tentu saja. Sebab, selain berkeping-keping dvd yang belum ditonton, di plastik yang raib itu juga ada beberapa keping dvd pesanan orang yang dikembalikan karena ternyata salah film dan dua judul dvd titipan Abang Arie Gere yang belum sempat aku kirim hingga hari ini. Kesal. Sangat. Terutama karena semua dvd itu sengaja aku beli di tempat yang jauh karena sulit ditemukan di tempat lain.
Kekesalan itu langsung kami tujukan ke teman sekamarku yang sudah beberapa hari tidak pernah terlihat di kost-an. Tuduhan itu didasari oleh beberapa alasan. Satu, yang memegang kunci kamar hanya aku dan dia. Dengan demikian, tidak ada orang lain yang bisa memindahkan barang-barang di kamar kami kecuali aku dan dia. Hujan juga tidak pernah menyentuh plastik dvd itu sama sekali. Dua, ada satu atau dua judul dvd yang tergeletak di rak dan bukan di dalam plastik, tapi dvd itu juga ikut raib. Oleh karena itu aku berhipotesis bahwa dvd itu memang sengaja diambil, bukan tidak sengaja terbawa sebab jika terbawa tanpa sengaja, satu atau dua judul yang bukan di dalam plastik itu tentu akan tertinggal. Tiga, beberapa minggu yang lalu dia pernah meminta tolong aku membeli sejumlah judul dvd (yang hingga kini belum dibayar) dan plastik dvd punya dia yang sebelumnya ada di rak yang sama juga tidak ada. Namun, saat ditelepon oleh Hujan, dia mengaku tidak tahu tentang dvd ku meskipun dia memang mengaku membawa pulang punyanya.
Aku kesal. Kesal sekali. Hujan apalagi. Bukan hanya karena masalah dvd itu.
Beberapa waktu yang lalu, teman sekamarku pernah menangis, mengaku dompetnya hilang. Katanya, semua atm, ktp, dan uangnya yang tersisa ada dalam dompet itu. Lalu, dia juga sempat meminta nomor rekening aku dengan alasan abangnya mau mengirim uang dan dari rekening abangnya, tidak bisa mengirim ke bank tempat rekeningnya berada. Namun, malam tadi, Hujan menunjukkan padaku bahwa dua buah dompet si teman ternyata ada di kamar, baik-baik saja, meskipun sama sekali tidak berisi uang. Hujan tahu karena sempat melihat ketika mau mengambil sebuah cincin yang pernah dia titipkan ke teman itu. Kalaupun benar dia kehilangan dompet lain yang bukan salah satu dari kedua dompet tersebut, lantas kenapa ktp Jakarta yang katanya hilang masih ada dalam dompet?
Selain itu, di dalam dompet yang ditunjukkan Hujan, sebelum dikembalikan lagi ke tempatnya, terdapat dua buah kartu atm, dan salah satunya berasal dari bank yang sama dengan bank tempat rekeningku berada. Lalu, kenapa dia harus meminta nomor rekeningku jika abangnya mau mengirim uang? Hingga hari ini, uang yang sudah aku pinjamkan padanya, yang tadinya akan diganti dengan kiriman dari abangnya itu, belum masuk ke rekeningku...
Kecurigaan kami terhadap keanehan teman sekamarku sebenarnya telah tumbuh sejak beberapa bulan yang lalu. Aku sekamar dengannya sejak sekitar bulan Juni, setelah teman sekamarku yang terdahulu pindah ke kost-an yang lebih dekat dengan letak fakultasnya. Sekitar satu-dua bulan setelah kami tinggal sekamar, aku dan Hujan sempat beberapa kali kehilangan uang, baik yang tersimpan rapi di dalam dompet, maupun yang ditabung pada celengan plastik di dalam lemari pakaian. Namun, kami mencoba menjauhkan prasangka buruk karena sama sekali tidak memiliki bukti.
Namun, malam ini, I've had it. Setelah Hujan menunjukkan dompet si teman sekamar yang katanya hilang tetapi nyatanya ada, kami memeriksa beberapa barang milik si teman yang ada di dalam kamar. Apa yang kami temukan? Tiga lembar gambar yang sengaja aku buat untuk Hujan dan tadinya ada di dalam binder yang Hujan pakai semester lalu ternyata malah kami temukan di dalam binder-nya! Sebuah sketch book berisi gambar yang kubuat dengan pensil arang dan tadinya akan diikutsertakan dalam lomba, ternyata ada di dalam ranselnya yang lain! Mengambil uang sih masih masuk di akal. Akan tetapi, bahkan kertas berisi gambar, pun? Sebenarnya orang itu kenapa, sih?
Sayangnya, aku merasa tidak bisa berkonfrontasi dengannya secara langsung. Rasanya, tidak mungkin dia tidak sadar akan hubunganku dengan Hujan. Mungkin dia hanya pura-pura tidak tahu saja. Well, jika binder Hujan yang terselip rapi di rak buku pun bisa dibuka dan diambil isinya, besar kemungkinan bahwa jurnalku dan buku yang aku tulisi bersama Hujan pun telah dia baca, kan???
Aku kesal sekali. Hujan apalagi. Hanya ada satu hal yang ingin aku lakukan saat ini. Aku sudah memutuskan. Aku ingin pindah kost-an!
Aku sudah lama ingin pindah sebenarnya. Bukan karena aku tidak nyaman dengan kost-an yang sekarang. Aku nyaman. Nyaman sekali malah. Seandainya tidak ada masalah apa-apa, aku tidak ingin pindah. Namun, aku tidak mau lagi tergantung dengan adanya teman sekamar atau tidak (mengingat kost-an ku yang sekarang memang harus sekamar berdua), sedangkan kami tidak mampu membujuk mamanya Hujan untuk mengijinkannya kost denganku di tempat itu.
So far, ada satu kamar kosong di kost-an Luna. Mungkin aku akan pindah ke situ. Mungkin. Au harus mendapat persetujuan dari keluarga dulu. Padahal, itulah yang paling sulit dari persiapan kepindahanku...
November 17th-19th, 2009
9 loves:
Capek ya kalau punya tetangga punya hobby nyuri !
Gebukin rame-rame aja kalau tertangkap basah atau tertangkap kering !Atau sekalian pasang CCTV dikamar !
Heheheehe
-Iheng-
Heheee...kalau pasang CCTV, nanti yang tertangkap malah gambar yang lain...ketahuan, deh...hehehe...
pokoknya, kirim dvdku!
gak ada toleransi... huhuhuhuhuhuhuhuh!
widiiii abang, belom juga nafas kita bang!
Wah, waktu di pesantren dulu ada tuh temen yang klepto.Tapi kayaknya, dia memang ada gangguan. Awalnya, banyak yang kehilangan jam. Sampai satu asrama tiga lantai, nyaris semuanya kehilangan jam. Darui jam dinding sampai jam tangan dan apalagi weker. Pas ustadzah geledah, ternyata ada satu lemari yang penuh jam. Yang punya lemari malah kaget setengah mati. Gak tau kenapa lemarinya penuh jam.
Itu sih namanya maling, bukan klepto. Intensi kleptoman itu bukan untuk keuntungan materi, tapi lebih ke kepuasan batin (soalnya barang - barang yang diambil bukan barang yang berharga). Sedangkan si teman sekamar lo itu kayaknya sadar dalam melakukan aksinya dan mengambil barang - barang yang bernilai (seperti DVD dan uang).
Semoga cepat pindah kosan ya, sehingga masalahnya cepat selesai. Sky, bahkan dalam hal seperti ini lo masih asertif sama dia dengan tidak konfrontasi langsung, walaupun memang karena ada alasan yang tidak memungkinkan, seperti yang lo tulis. Hehehehe
regards,
jean_piaget
kalo saya, saya mau nangkep basah dia. biar ada bukti, mbak sky.
*slm kenal*
brusaha ikhlas mau pindah kost-an... sebenarnya gak rela karena kamar itu bersejarah... our first kiss... first bla-bla-bla....
just wanna stay there forever and say such a rude thing like this to her: can you please go out? i'll show you the door.
@jean_piaget..can you give me your email or something?
Posting Komentar