The Sky is High

It's just a box of pieces of a puzzle about a small circle of friends. It's about the lives, the loves, and the hopes. One by one, part by part. Hung up in the sky along with prayers. Until each of them can fly higher by itself. The Sky the Rain the Rainbow the Sun the Moon. All are talking in their own way. Carving their small footsteps in the history of time. And now each of them can really fly higher by itself, and leave this house one by one...


Jujur, awalnya aku ingin menulis Tidak Ada Empat Belas karena memang tidak ada. Hitungan tanggalan antara aku dan Hujan membeku pada tiga belas bulan sekian hari. Kenapa? Sama sekali bukan salah Hujan. Salah Langit, tidak bisa sendiri, dan selalu merasa sepi. Aku mencintai Hujan dan menyayangi Luna. Pada satu titik, kata-kata berubah martil yang memecah bola kaca yang melingkupi Hujan dan aku. Tetap masih ada aku dan kamu. Tidak ada lagi kita.

Bukan. Ini tidak seperti apa yang mungkin ada di pikiran kalian. Kami tidak berpisah. Kami masih melewati hari-hari bersama. Masih saling menggenggam jemari saat berjalan berdua. Masih bersandar satu sama lain saat lelah. Masih tidur bersisian. Masih saling memeluk tak ingin kehilangan. Masih saling mengecup selamat tidur. Masih saling mencinta...

Namun, tanpa status pacar saja.

Ya. Kami break. Sejak tanggal 19 November malam. A "break" without "up", kata Luna. Aku juga masih berharap begitu. Masih berharap bahwa pada suatu titik yang lain nantinya, kami bisa kembali.

Kami sudah baikan. Hanya saja belum balikan. Mungkin untuk sementara memang lebih baik begini saja. Untuk sementara. Aku dan Hujan sedang berusaha menata hati masing-masing. Aku ternyata tidak bisa ikhlas membiarkan dia dekat dengan orang lain ketika masih ada status, begitu pun dia. Bukan berarti saat ini semua itu serta-merta berubah. Hanya saja, kami sedang berusaha semakin melapangkan dada.

Beberapa hari yang lalu, aku sempat berkata pada Hujan,

"Tidak akan ada empat belas, dong, ya...di blog."
"Kenapa?" tanyanya, "Memangnya semua itu cuma dihitung karena kita pacaran? Aku pikir hitungannya adalah saat-saat kita bersama."

Aku saat itu, dan saat ini, tersenyum. Benar. Kami masih bersama. Masih saling mencinta. Masih saling berbagi waktu dan kisah. Tidak cukupkah hal itu untuk melahirkan sebuah tulisan? Tak cukupkah alasan itu untuk tetap merayakan?

Thank you, Dear.
Happy 14th monthliversary...
I was, am, and hopefully will always be loving you...


November 26th, 2009
12.57 P.M.

4 loves:

aku akan selalu doa utk kalian :)

terima kasih banyak lin atas support-nya

You know what you should do. Kalian berdua udah dewasa (eh akhir dari adolescence dan awal dari young adulthood ya..hehehe). berpikirlah dengan kepala jernih, jangan nyesel di kemudian hari.

Kata sternberg ada 3 aspek cinta yaitu, intimacy, passion & comminent. Dua aspek pertama, kl kata orang sesuatu yang dipikir pake hati, dan aspek terakhir si komitmen itu sesuatu yg pake logic. Yang nantunya bisa lo jadiin salah satu aspek pertimbangan tentang keputusan yg nanti akan diambil. Inget2 lagi kenapa lo dulu sampai ambil keputusan untuk bikin komitmen, emosi2 yang lo berdua pernah alami, sedih, seneng, tawa, tangis, marah, cemburu, dll.

Sori, komen gw jadi panjang banget.gw pernah ada di posisi yg hampir mirip, dan penyesalannya masih ada sampai sekarang. If only i can turn back time, i will choose not to let her go.

regards,
Jean piaget

jean piaget...kami putus, sebagai pacar... hanya merelakan status menjadi kekasih, saya pikir...

yang terkasih, yang dikasihi...

salam sayang untuk kamu, jean
really want to hear your story :)

In the living room