Semangkuk besar spicy chicken shinmen soup dihidangkan di meja kami. Duduk melingkar di tengah ramainya Bandung pada hari Sabtu apalagi yang mepet-mepet Valentine's Day ini, jalanan ke Paris van Java yang luar biasa macetnya, dan ramai, ugh, sangat, tidak menyurutkan langkah kaki kami untuk sampai ke tempat yang dituju.
Aku jadi teringat beberapa hari sebelumnya saat Nat uring-uringan dan aktif ber-ym ria untuk mengkonfirmasi deringan krang kring krang kring hotel mana yang mau di book, mulai dari kiara condong, pasteur, sampai ke dago, Vebe yang terus bertanya seperti Dora, "Mau kemana kita? Mau kemana kita? Mau kemana saja kita?" dan aku, si-yah-boleh-dibilang-Event-Organizer-acara-itu mendadak sakit parah, membuatku harus berpikir seribu kali untuk pergi ke Bandung, karena hari-hari sebelumnya aku sudah harus berguling-guling menahan perihnya lambung yang menjalar kemanapun sakitnya.
H-1, Jumat, aku masih tergeletak pasrah di rumah, lambungku masih meraung, sementara detak detik jarum jam berpacu cepat, meninggalkan aku di belakang dengan kebimbangan yang sangat. Maka pukul 6 sore, dengan menenggak obat lambung dan obat anti muntah, aku bertahan. Bertahan 3 jam duduk di bagian belakang bus Jakarta-Garut, smoking area yang panas, meringkuk, perempuan kecil yang bertahan sendirian demi mengajar bus tercepat ke Cileunyi, hanya ditemani sms khawatir nan baik hati nan bawel dari Robo.
Berkali-kali aku merenung, haruskah pergi? Ini sudah malam, namun serentetan janji telah dibuat, haruskah aku mengorbankan orang lain demi kepentinganku? Sementara aku telah mempersiapkan ini 3 minggu sebelumnya, bahkan Nat dan Vebe saja rela datang jauh dari Surabaya.
Jujur, aku sangat malas. Sudah malam, jauh, lelah. Aku sudah tidak berharap De Angelo akan menjemputku malam itu dan menginap bersama di jatinangor nan sempit itu. Waktu menunjukkan pukul 10 malam saat aku tiba disana, mendapati diriku memang benci tidur sendirian dan kecewa, karena hari itu dia sibuk, sibuk, dan super sibuk.
Namun tidak bisa berhenti tersenyum saat ia membuka pintu dan memelukku malam itu. Dia benar-benar, menyebalkan, karena dia membuatku menangis kesal, namun sambil tersenyum senang diam-diam, dia datang...
Hari Sabtu keesokan harinya, kami masih terkantuk-kantuk saat memenuhi janji membuat sushi dan salad, waktu bergulir hingga pukul 2 siang setelah aku dan De Angelo selesai membuat dan menyantap sushi itu bersama teman-teman kami tercinta.
Nat, Vebe, dan Flash sudah mengirim sms beberapa kali.
Dimana? Dimana?
Maka kami melangkahkan kaki kami, eh, ban mobil itu, ke area Taman hutan raya Juanda di dago pakar, menikmati gelapnya goa jepang yang malas kami masuki, hutan pinus yang sangat sangat penuh dengan buah pinus, dan lelahnya bejalan kaki dengan sepatu yang cantik.
dan kami melemparkan diri kami menerobos macetnya jalanan Bandung yang super sempit, dan dipenuhi plat B, untuk tersenyum dan bersenang-senang, terpisah beberapa kali, sampai akhirnya bertumpuk jadi satu, memulai ceritanya masing-masing.
terima kasih
Selamat bertemu kembali kapan-kapan teman-teman.
Terima kasih mau bertemu dengan kami.
Salam penuh cintaaaaaaaaaaaaaaaaaaa dimana mana
Hujan dan De Angelo
jangan bosan melihat kami yang begitu penuh cinta.
Sluurp....
Tenggakan terakhir spicy chicken tersisa di ujung bibirku.
"Sayang, mie aku udah abissssssss...", aku merengek manja
Soalnya ku mau minta semangkuk lagi cinta
1 loves:
kembali kasih, sayangku Hujan de Angelo...
SALAM SEJAHTERA SEMUANYA!!!
kapan" kumpul lagi.haha
Posting Komentar