Kenangan itu, datangnya seperti popcorn yang meletup sekenanya di panci yang menyala.
Pop.pop.pop.pop.
Kenangan itu, rasanya seperti biji-biji jagung yang merekah sesukanya.
Pop.pop.pop.pop.
Kenangan itu, meledak seketika.
Saya harus pindah, untuk membuatnya lebih mudah.
Perpindahan memang makan waktu, mengepak barang yang sudah lama berdebu.
Belum lama, pada hari saya wisuda, Sky mengepak semua barang-barang saya yang tertinggal dalam kardus.
Dengan menitip pesan bahwa tidak akan ada lagi kenangan tentang kami.
Kadang kala saya yang terlalu lama berkompromi dengan kenangan. Ruang-ruang singkat yang semakin lama semakin menyusut. Kami semua sudah beranjak dari kehidupan kuliah, yang kadang masih saja mempertemukan kami dalam lingkup dan ruang yang sama. Saya pikir, saya seharusnya pergi, karena pada saat terakhir saya melepaskan toga dan segala pernah perniknya, saya tahu, kehidupan saya dimulai dari sini. Tentang bagaimana memperjuangkan mimpi ketika orang lain menginjak-injak harapanmu
Saya menyelesaikan tugas saya sebagai mahasiswa. Kemudian mengakhirinya dengan bangga. Apa perlu, saya tinggalkan rumah ini, rumah buah cinta jemari saya bersarang, kemudian pergi?