Setahuku, lingkaran tidak pernah putus. Ia melingkar lembut menjadi satu kesatuan. Berputar, melingkar.
Sayangnya, aku melupakan satu. Aku melupakan bahwa lingkaran adalah lingkaran ketika ia melingkar, bukan ketika ia bersinggungan. Seringkali aku memaksakan ujung satu bertemu dengan ujung yang lain. Maka ia tidak akan menjadi lingkaran yang sempurna.
Masih aku ingat ketika ia menjadi lingkaran sempurna ketika kami bergantian menjadi porosnya. Atau bagaimana lingkaran terkadang berubah menjadi angka 8. Titik tumpu pada satu orang yang manis, baby sun.
Tapi semua orang ingat bahwa hidup ini seperti lingkaran, bergulir, dan seperti bianglala, berputar.
Tiga setengah tahun dibesarkan dalam satu taman bermain yang luar biasa besar. Sebuah rumah, kampus, dan sebuah hati. Meskipun tidak nampak lagi sulur tipis yang mengikat, aku yakin masih ada disana, memori - sesuatu yang lebih hebat menggerogoti hati dan pikiranmu.
Sujud syukur pada Tuhan, ketika aku masih diberikan kesempatan, menatap wajah-wajah yang sama, mengamati kerut dan lemak-lemak yang juga bertambah disana sini, serta meminjam sedikit senyum untuk aku bagi.
Sekarang waktunya aku melambai kepada sarjana luar biasa yang selalu menjaga hati kami, memeluk kami paling erat, Uomo Arcobaleno, si lelaki pelangi kami yang paling kami cintai sepenuh hati. Selamat berlayar, labuhkan kapalmu di tambang berlian paling kilau di dunia.
karena aku pun masih menunggu...
menunggu kami terpaksa bersinggungan bertemu,
setengah tahun lagi,
untuk toga dan bendera biru muda.
mungkin untuk sejuta kisah cinta lainnya pula.