The Sky is High

It's just a box of pieces of a puzzle about a small circle of friends. It's about the lives, the loves, and the hopes. One by one, part by part. Hung up in the sky along with prayers. Until each of them can fly higher by itself. The Sky the Rain the Rainbow the Sun the Moon. All are talking in their own way. Carving their small footsteps in the history of time. And now each of them can really fly higher by itself, and leave this house one by one...

Senang. Itulah perasaan yang merayap dan kerap hinggap tiap kali melihat angka di visitor counter rumah ini menunjukkan bilangan yang semakin besar. Angka-angka itu semakin cepat bertambah di akhir tahun kemarin, hingga dalam sebulan rumah kami yang kecil ini dapat dikunjungi hingga sekitar seribu pembaca. Hebat. Nyaris tidak percaya.


Namun, angka itu menurun setelah aku putus dengan Hujan. Tidak dapat disangkal, salah satu faktornya mungkin karena aku sempat vakum menulis selama sekitar tiga bulan atau lebih. Meskipun demikian, setelah dicek lagi, angka itu bahkan sudah mulai menurun drastis sebelum aku vakum menulis. Mengapa bisa begitu, ya?

Ramainya tamu di rumah kecil ini mulai berkurang sejak aku mem-posting tulisan tentang salah satu pertengkaranku dengan Hujan yang diwarnai oleh kekerasan fisik. Popularitas rumah ini sebagai tempat persinggahan juga tampaknya semakin menurun setelah posting Kata-Kata Langit. Ada apa sebenarnya? Terkejutkah pembaca dengan sosok Sky saat itu? Shock-kah? Tidak suka?

Seorang teman online yang baik bahkan mengatakan bahwa aku dan Hujan berubah. Seolah bukan diri kami, katanya. Saat mendengar itu dari Hujan, aku hanya tertawa. Dapatkah orang mengenal aku ataupun Hujan dan merasa bahwa dia mengetahui mana diri kami "yang sebenarnya" hanya lewat tulisan yang selama ini di-post? Aku saja merasa belum mengenal diriku sepenuhnya hingga detik ini.

Ku akui, ini mungkin memang salahku sendiri. Sejak awal blog ini dibuat, yang aku atau Hujan tulis umumnya hanya mengenai betapa dekatnya aku dan Hujan, betapa saling sayangnya kami, betapa saling menjaganya kami, betapa saling cemburunya kami, dan hal-hal lain semacamnya. Setelah merenungi ulang apa yang kami isi di rumah mungil ini sejak kami tempati, aku merasa bahwa kesan Sky yang tercipta memang terlalu manis, terlalu baik, terlalu halus, dan terlalu-terlalu yang positif lainnya. Guardian angel, jika meminjam istilah Hujan. Padahal, aku tidak pernah bermaksud memberi kesan seperti itu.

Aku pikir, karena kesan itu, orang-orang mungkin lupa bahwa guardian angel ini pada dasarnya juga manusia. Tidak seratus persen baik. Sky sempurna sebagai manusia justru karena adanya sisi negatif di dalam dirinya (selain, tentu saja, kelesbianannya sendiri...^_^). Selain manis, baik, dan penuh kasih sayang, Sky juga bisa berubah temperamental, verbally & physically hostile, serta egois. Kekerasan verbal maupun fisik dalam pertengkaran antara aku dan Hujan bukan hanya terjadi sekali dua kali, dan aku tidak bangga mengakuinya. Hanya saja, aku pikir, orang perlu tahu, bahwa inilah aku. Mengapa? Orang-orang perlu tahu agar tidak salah membentuk image aku lagi dalam pikiran mereka. Agar tidak perlu ada lagi cermin image yang hancur berkeping-keping setelah di-publish-nya sebuah tulisan jujur dari hati.

Aku tidak ingin ada salah paham lagi. Aku bukan angel. Aku hanya manusia biasa yang mungkin memang bisa berusaha menjadi guardian angel satu atau dua orang. Aku punya tendensi untuk mencintai lebih dari satu orang dalam waktu yang sama, dan dapat menyatakannya secara terang-terangan. Akan tetapi, aku menolak untuk diperlakukan demikian oleh orang yang katanya mencintai aku, apalagi bila hal tersebut dilakukan secara diam-diam. Yes, My Friend. This is me, and I'm just trying to show you the real me. Hanya itu yang berusaha aku tunjukkan dan ceritakan secara jujur sejak awal aku mulai menulis lagi. Namun, mungkin itu pula yang membuat beberapa orang berpikir bahwa aku berubah.

Terlepas dari semua itu, rumah kecil ini tetaplah hanya media. Sebuah tempat singgah, dan sebuah medium katarsis. Pembaca, atau siapapun pengembara yang lewat, selalu memiliki hak untuk memilih dan mengkritisi.

Terima kasih, ya, untuk kalian semua yang merasa rumah kami ini layak untuk disinggahi. Jangan dirisaukan oleh penghuninya, ya. Seburuk atau secantik apapun rupa kami di hadapan kalian, rumah ini tetap terbuka untuk setiap tamu yang mengetuk dan memberi salam.


May 5th, 2010
00.18 P.M.

6 loves:

ga ada manusia yang sempurna. kesalahan, kekurangan, dan kekhilafan adalah manusiawi... setiap manusia punya prinsip dan standar tersendiri... berbeda itu unik, berbeda itu asyik... itulah jatidiri. peace!!!

Totally agree with you.
Thx for stopping by...^_^)

Anonim mengatakan... 9 Mei 2010 pukul 16.44  

Saya bukan orang yang memiliki image sedemikian positifnya terhadap sky. Seiring berjalannya waktu saya belajar untuk tidak menilai seseorang hanya dari permukaannya saja.

O iya, kata-kata anda bahwa anda bisa mencintai beberapa orang dalam waktu yang sama secara terang-terangan, namun tidak bisa membiarkan orang lain melakukan hal yang sama secara diam - diam. adalah sebuah pengakuan keegoisan. Bagaimana anda bisa mengatakan bahwa anda mencintai pasangan anda, kalau anda tega menyakiti hatinya dengan cara anda mencintai orang lain juga?

ga perlu dipikirkan protagonis dan antagonisnya. ini blog kalian, bkn sinetron.

me still stopping by...

@ Anonim: Terima kasih untuk sebuah pandangan yang berbeda. Ya, itu adalah sebuah pengakuan keegoisan. Dalam keterbukaan dan usaha untuk menunjukkan kejujuran. Dan saya pikir, cinta itu subjektif. Tergantung masing-masing orang sehingga sebagaimana Anda pikir yang saya rasakan dan akui bukanlah cinta, saya mungkin juga merasa cinta yang ditunjukkan orang lain dengan caranya masing-masing bukanlah cinta. Hanya masing-masing yang merasa yang tahu kata-kata pembenarannya.

@ Keke: Hahaha... Ya, bukan sinetron... (Tapi, jadi seperti judul reality show di tv, ya? Hehehe). Thx for keep coming and stopping by.

hmm..butuh pengorbanan yg besar buat menyingkirkan ego..dan perlu keberanian yg kuat juga untuk menyatakan ego..
so, what's the point?
intinya bukan pada ego kita, bkn melulu pada diri kita...
lihat sekitar, lingkungan kita, teman, keluarga, sahabat, orang terdekat kita... apakah mereka bahagia dengan ke-ego-an kita? jika ego kita justru membuat mreka mnderita.. sudah siapkah kita menghilang dari kehidupan mereka? sudah siapkah kita menyambut "guardian" baru dalam khidupan mereka? sebegitu berharganyakah ego kita dibanding mereka? dia yang ada, dan selalu ada untuk kita...

In the living room