Dering itu, adalah dering harapan yang terakhir, katanya.
Dia berbisik pada takdir untuk mengakhirinya secepat mungkin.
Dia berbalik pada mimpi untuk membangunkannya sehebat mungkin.
Dibalik telepon, suaranya tajam, disini, aku sesenggukan.
Kami berkaca pada takdir yang saling bertabrakan.
Aku ingin mencuri hangat pada tubuh senja yang perkasa, mengecup dingin hujan, mengunyah bintang yang renyah, mengulum awan, dan memuntahkan pelangi.
Sementara dia berkata kata bahwa kita sudah harus beranjak, karena kabut mulai bergerak.
Tidak ada siapapun di seberang telpon. Aku berbicara dengan hatiku sendiri
0 loves:
Posting Komentar