Sepagian tadi aku meramu rindu, tepat ketika kupu-kupu mencelup kakinya dalam putik bunga kenanga. Sudah lama kenangan pergi rupanya, sudah tidak bisa lagi dihitung jari. Sudah berjelaga mata, sudah beriak tumpah bulir mengalir dari ujungnya.
Ada kenangan yang tak pernah habis disesap, hingga dedaknya tak lagi membuatmu tersedak. Ada tirai-tirai yang tak pernah disingkap, dan kata yang tak sempat diucap.
Kamu masih ingat saat jariku teriris ketika mengupas kenangan? Lapis demi lapisnya menguar ke udara yang semakin menipis, membuatku menangis. Kamu masih ingat saat perutku meringis ketika memamah harapan? Tiap kunyahnya membayang buramnya impian.
Fiuh... hela nafasku semakin berat, kalah cepat dengan detik waktu yang mengecup mataku.
Selamat tidur, cinta. Aku adalah, dan hanyalah pujangga yang kalah di medan laga.
Fiuh... hela nafasku semakin berat, kalah cepat dengan detik waktu yang mengecup mataku.
Selamat tidur, cinta. Aku adalah, dan hanyalah pujangga yang kalah di medan laga.