The Sky is High

It's just a box of pieces of a puzzle about a small circle of friends. It's about the lives, the loves, and the hopes. One by one, part by part. Hung up in the sky along with prayers. Until each of them can fly higher by itself. The Sky the Rain the Rainbow the Sun the Moon. All are talking in their own way. Carving their small footsteps in the history of time. And now each of them can really fly higher by itself, and leave this house one by one...

Sewaktu kecil, aku senang sekali bermain lego. Tumpukan semakin tinggi, dan semakin kuat. Namun yang aku bangun hanya itu-itu saja. Benteng, pagar, benteng, pagar, benteng, pagar.


Ya, aku membangun batas-batasku sendiri. Membuatnya sekokoh mungkin, membuatnya setinggi mungkin.
Aku susun supaya terlihat indah dari luar, berwarna warni, menarik. Cantik. Padahal di dalam, aku tengah menambal lorong-lorong yang hampir rubuh. Menahan dinding yang hampir luruh. Dan menangis.


Aku benci menangis. Meskipun aku seringkali gagal menahan bulir air mata meluncur turun dari pipiku. Menetes, atau bahkan membanjir. Dalam diam. Aku berusaha menangis dalam diam. Menelan sesenggukan. Menelan semua suara.


Dan malam ini aku luruh. Seperti tumpukan stacko yang tinggi sekali,






namun kemudian rubuh.


Aku kembali menangis. Dalam diam.


Kadang-kadang aku takut menangis. Eh, seringkali. Aku dipaksa diam, terpaksa diam, kemudian terbiasa diam.


Aku hebat, aku hebat, aku hebat, karenanya... tidak boleh menangis.
Aku keras kepala.
Aku egois


Aku...
Aku....
Kembali membangun tumpukan bata, menjadi benteng, pagar, benteng, pagar.


Sampai akhirnya aku benar-benar menangis.


Rindu.
Sangat rindu.


Maka aku membangun sebuah pintu,
dan jendela.
dan aku bersembunyi di balik tirai, dan berharap.


Ketuklah, ketuklah, ketuklah dan datanglah.
Carilah, carilah aku.


Aku rindu, sangat rindu.


Aku merobohkan semua bangunan benteng dan pagar, benteng dan pagar.
Sekarang hanya ada aku, sebuah pintu, dan sebuah jendela.


Aku rindu, Aku rindu.


Maaf, aku harus membukakan pintu.
Karena hanya dia yang membawa kuncinya.

Sembilan bulan.
Aku masih menyelinap diam-diam ke kamarmu,
masih mengendap diam-diam ke mimpimu,
dan masih diam-diam bersembunyi di balik selimutmu.

Sembilan bulan.
Aku sudah merelakan mimpi-mimpi kecilku
aku masukkan mimpiku ke dalam botol kaca,
membekukannya ke dalam lemari es.

Sembilan bulan.
AKu sudah mengikat diriku sendiri,
dengan sebuah pita merah yang manis,
tinggal memasukkan diriku dalam sebuah kotak,
dan mengirimnya ke tempatmu.

Aku masih merayu malam,
datang lebih cepat,
dan pergi lebih lambat.

Karena aku ingin sekali memelukmu erat-erat.


Dan lihat, perutku menggembung. Isinya mimpi-mimpi tengah malam kita. Dimana kita bisa berbaring bersama sambil bercerita.

p.s :
Terima kasih untuk boneka pandanya, sayang
dan untuk doa-doa yang menemaniku saat ujian!

In the living room