The Sky is High

It's just a box of pieces of a puzzle about a small circle of friends. It's about the lives, the loves, and the hopes. One by one, part by part. Hung up in the sky along with prayers. Until each of them can fly higher by itself. The Sky the Rain the Rainbow the Sun the Moon. All are talking in their own way. Carving their small footsteps in the history of time. And now each of them can really fly higher by itself, and leave this house one by one...

Sepucuk surat cinta untuk Langit


Sambil memeluk diri di tengah malam yang membuat gigil, kamu menemaniku menunggu kereta di stasiun ini.

Perjumpaan kita selalu diawali dengan lambaian tangan sembari kamu memamerkan senyum manis dengan deretan gigi nan rapih, tatapan mata yang nakal mengekor gerak liuk.

Perpisahan kita juga, diakhiri peluk dan lambaianmu yang berlari-lari kecil saat keretaku sudah mulai berjalan. Kamu bilang akan selalu menungguku di stasiun yang sama. Saat aku ingin berhenti sejenak dan duduk di beranda rumahmu ditemani sepoci kopi panas dan cemilan kesukaanku.

Sudah sembilan jam aku bersamamu hari ini, mengisi ruang kosong di antara jemari tanganmu, melangkah menjelajah ke ruang-ruang dan lorong-lorong jengah.

Sudah sembilan mengeram di tubuh kita. Namun, pucuk-pucuk daun baru yang segar masih menyembul bertahap dalam diri kita. Masih degup, masih getar dan gemetar mencari baumu yang tertinggal di tubuhku.

Sudah jam sembilan, Sayang. Aku harus pulang. Aku tak mau ketinggalan kereta terakhir. 

Saatnya meredam. Kutitipkan cintaku pada karcis yang mengantarku pulang. Kamu bisikkan pada masinis agar membawaku pulang dengan kehati-hatian. Kamu titipkan pesan pada rel kereta yang menyusut saat malam agar mengantarku pulang sampai ke pangkuan.

Sudah sembilan. Angka kesayanganmu menjelang. Nilai sempurna sebelum Tuhan. Lalu kupanjatkan jemari yang sesempurna angka Tuhan. Membalas semua doa yang kau titipkan dalam sujudmu dengan air mata haru dan sepucuk surat cinta untukmu.

Te Amo.

In the living room